Seok-seo mengatakan seorang translator sepakbola harus memahami bahasa sepakbola. Begitu pun dengan penyampaian strategi atau taktik, sampai ke bahasa emosi kepada para pemain pun harus tepat.
Kendati bukan sebagai pesepakbola, namun sejak di SD hingga SMA Seok-seo juga rutin bermain sepakbola. Jadi setidaknya dia mengerti soal olahraga ini.
Jeje (sebutan akrab Jeong Seok-seo) mengatakan mulanya PSSI menugaskan dia hanya 3 hari, namun akhirnya tugasnya itu diperpanjang terus sampai sekarang (736 hari).
"Sesudah tiga hari PSSI sulit mencari penerjemah ternyata," kata Jeje.
Kendati harus mengetahui sepakbola dan itu rumit, namun karena tugas sehari-harinya mendampingi Shin maka tak pelak Jeje pun kini sudah mengenal persepakbolaan Indonesia.
Mungkin juga perpanjangan Jeje sebagai interpreter karena Shin memang suka kepadanya. Shin tahu jika Jeje suka main bola waktu kecil dan remaja, dan dengan demikian Shin merekomendasikan Jeje kepada PSSI.
"Jadi saya tahu sepakbola," kata Jeje.
Lantas bagaimana cikal bakal Jeje datang ke Indonesia?
Seok-seo datang ke Indonesia pada tahun 2008 lalu. Karena mengikuti ayahnya yang berhubungan bisnis di Indonesia. Jadi sudah 14 tahun dia jadi fasih berbahasa Indonesia.
Pada saat kedatangan pertamanya di Jakarta itu Seok-seo masih berstatus pelajar SMA. Jeje lantas meneruskan jenjang pendidikannya di salah satu universitas swasta tersohor di Jakarta jurusan Sistem Informasi.
Kini nyaris setiap hari Seok-seo berada di samping Shin. Selain berkomunikasi dengan para pemain tentunya, pria berusia 52 tahun itu juga tentu harus berhubungan dengan pihak-pihak terkait lainnya terutama para petinggi PSSI.