Raja Isa yang mantan pelatih PSM Makassar dan Persipura Jayapura dan kini menangani Muktijoddha Sangsad KC (klub Liga Utama Bangladesh) itu menilai pelatih Shin Tae-yong berhasil membuat Garuda bermain sebagai satu tim, bukan sebagai sebuah antar individu.
Hal tersebut terbukti dari 13 gol yang dicetak Indonesia secara keseluruhan hanya satu yang berasal dari seorang gelandang, yaitu dari Ezra Wailan yang menceploskan si kulit bundar ke gawang Laos.
Sedangkan ke 12 gol lainnya masing-masing diciptakan oleh Elkan Baggott, Arhan Pratama, Witan Sulaeman, Ramai Rumakiek, Asnawi Mangkualam, Evan Dimas Darmono (2), Rahmat Irianto (2), dan Irfan Jaya (3).
Sama seperti Raja, saya juga menilai pelatih Shin Tae-yong perlu diapresiasi kejeliannya mengoptimalkan para pemainnya. Raja Isa dan saya berharap memakai jasa mantan pemain Timnas Korea Selatan itu lebih lama lagi.
Raja Isa mengungkapkan optimisme nya terhadap Timnas Indonesia ke depannya.
"Saya optimis 5 tahun ke depan Indonesia bisa masuk ranking 100 dan bersaing di level Asia seperti Vietnam saat ini," katanya.
Menghadapi tuan rumah di semifinal, Shin Tae-yong diharapkan waspada dan segera membenahi lini belakang yang masih menjadi kelemahan Timnas Indonesia saat ini.
Terbukti jika melawan tim yang relatif dianggap lebih lemah justru gawang Indonesia kebobolan. Terutama pada kondisi bola-bola mati dan counter attack cepat.
Padahal justru The Lions memiliki kelebihan itu. Mereka memiliki dua bersaudara anak dari legendaris Fandi Ahmad, yaitu Ikhsan dan Irfan Ahmad.
Keduanya memiliki postur jangkung yang unggul dalam memenangkan bola-bola udara.
Hal serupa diutarakan oleh Yusrifar Djafar, mantan pemain PSM Makassar dan Timnas Garuda.