Si pelaut Portugis itu menyebutkan orang-orang bermata biru dengan La Dala, atau jika diterjemahkan artinya "orang berjalan".
Sedangkan suku Lamno di Aceh yang ditemukan dan bermata biru, hal tersebut dikarenakan hasil dari kawin campur antara orang-orang Portugis yang datang ke Bumi Rencong itu untuk berdagang.
Mereka kawin dengan penduduk setempat dan beranak cucu hingga sekarang. Namun keberadaan suku Lamno yang bermata biru jumlahnya kini semakin sedikit akibat bencana tsunami yang melanda Aceh pada tahun 2004 lalu.
Selain bermata biru atau kehijau-hijauan, ada juga yang bermata coklat dan berambut pirang seperti orang Eropa. Berbeda dengan mayoritas penduduk Aceh lainnya.
Karena itu wilayah Lamno yang terletak di Kecamatan Jaya, Kabupaten Aceh Jaya itu sempat disebut sebagai "kampung bule".
Dan yang masih menjadi misteri adalah adanya orang-orang bermata biru lainnya di Halmahera, Maluku. Karena suku Lingon itu hidup di pedalaman, jauh dari kota.
Selain bermata biru, mereka juga berkulit putih dan beberapa memiliki perawakan yang tinggi seperti orang Eropa.
Bermata biru orang-orang suku Lingon itu didefinisikan sebagai cantik dan tampan. Bahkan ada kisah nyata sejumlah gadis suku Lingon yang bermata biru diculik untuk dijadikan isteri.
Jika pun suku Lingon sekarang ini ditemukan meski tidak banyak, orang-orang suku Lingon ini masih menganut animisme dan dinamisme dan masih hidup di pedalaman, hingga sulit untuk menemukan mereka.
Menilik kepada sejarah, pada dulunya orang-orang Portugis itu melakukan pelayaran ke Maluku untuk mencari rempah-rempah, karena Maluku memang sumbernya komoditas itu sampai sekarang.
Selain untuk mencari komoditas itu, mereka datang ke Maluku juga untuk menyebarkan agama Katolik.