Mohon tunggu...
Rudy Wiryadi
Rudy Wiryadi Mohon Tunggu... Akuntan - Apapun yang terjadi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mulai hari dengan bersemangat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengenal Sosok Yang Chil-seong alias Komarudin, Orang Korea yang Jadi Pahlawan Garut

9 Oktober 2021   11:06 Diperbarui: 9 Oktober 2021   11:19 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Yang Chil-seong alias Komarudin (kabarpriangan-pikiran.rakyat.com)

Sejarah Korea Selatan mencatat ada 2300 orang yang berasal dari Negeri Ginseng itu yang dipaksa Jepang menjadi bala tentara Dai Nippon. Sekitar Perang Dunia ke 2.

Dari jumlah itu mereka dibawa Jepang ke Indonesia untuk ditugaskan menjaga tawanan Dai Nippon yang berada di Bandung, Semarang, Ambarawa, dan tempat-tempat lainnya.

Pada sekitar tahun 1942-an itu, Indonesia dan Korea Selatan bernasib sama yaitu dijajah oleh Jepang.

Setelah Indonesia dan Korea Selatan merdeka, ada orang Korea yang ditugaskan Jepang di Indonesia tersebut yang tidak mau kemana ke negaranya.

Yang Chil-seong, kelahiran Wanjoo, Propinsi Jeolla, Korea Selatan, 29 Mei 1919 menolak kembali ke negaranya. Dia memilih tetap untuk tinggal di Indonesia.

Yang Chil-seong ditugaskan menjaga rumah tahanan tentara sekutu yang berhasil ditangkap Jepang pada tahun 1942 di Bandung.

Bukan saja tidak mau kembali ke negaranya, dalam perjalanannya kemudian Yang Chil-seong memeluk agama Islam dan menikah dengan wanita Indonesia dan dikaruniai seorang anak.

Dalam sejarah, setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya, Belanda melakukan agresi kembali, termasuk salah satunya ke wilayah Garut, Jawa Barat.

Pada saat Belanda hendak melakukan agresi militer ke Garut itu, Yang Chil-seong datang dari Bandung ke Garut bersama dua orang Jepang, yaitu Masahiro Aoki dan Hasegawa.

Di Garut mereka bergabung dengan kelompok "Pasukan Pangeran Papak" yang dipimpin Mayor Kosasih.

Karena ada niat baik dari ketiga orang asing itu untuk membela tanah air, penduduk Garut lantas memberikan nama baru kepada tiga orang itu.

Yang Chil-seong dinamai Komarudin, Masahiro Aoki dinamai Usman, dan Hasegawa Abubakar.

Patut dicatat, sebelumnya PPP (Pasukan Pangeran Papak) ini sempat bertempur dalam peristiwa "Bandoeng Laoetan Api" yang sangat bersejarah.

Salah satu jasa Komarudin yang paling diingat bagi penduduk Garut adalah ketika Yanagawa Sichisi (nama Jepang Yang Chil-seong) menghalangi Belanda merebut wilayah Wanaraja dengan menghancurkan jembatan Cimanuk.

Tugas PPP mengamankan Garut mengalami kekalahan karena tidak sebanding nya kekuatan peralatan militer yang dimiliki Belanda.

Bahkan ketiga "ekstrimis" tadi dapat ditangkap Belanda di persembunyiannya, karena adanya informasi dari mata-mata.

Komarudin, Abubakar, Usman, dan seorang lainnya yang bernama Djoehana ditemukan dan ditangkap Belanda di Gunung Dora.

Komarudin, Abubakar, dan Usman dieksekusi Belanda di Kerkhoff, Garut, pada 10 Agustus 1949. Sedangkan Djoehana dijebloskan penjara seumur hidup di Lapas Cipinang.

Komarudin, Abubakar, dan Usman yang semula dimakamkan di TPU Pasir Pogor, pada tahun 1975 dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Tenjolaya, Garut.

Selang beberapa tahun kemudian, dua sejarawan asal Korea Selatan dan Jepang kesulitan untuk menemukan data-data tentang Yang Chil-seong itu. Mereka akhirnya mendapatkan informasi tentang Yang Chil-seong itu dari teman-teman seperjuangan yang masih hidup.

Pada bulan Juli 1995, dilakukan secara militer, pemerintah Korea Selatan dan Indonesia menggelar upacara penggantian batu nisan Yang Chil-seong.

Sejak saat itulah Yang Chil-seong dianggap sebagai salah satu pejuang yang berjasa bagi kemerdekaan Indonesia.

"Pada tahun 2011 Komarudin 'diresmikan' sebagai seorang pejuang Indonesia yang berasal dari Korea. Namun upaya pencarian lebih lanjut informasi tentang Komarudin menjadi missing," kata dosen Program Studi Bahasa dan Kebudayaan Korea di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, Rostineu.

Yang masih menjadi pertanyaan hingga sekarang adalah apakah Yang Chil-seong bergabung dengan tentara Jepang itu dengan paksaan atau sukarela?

"Tergantung waktu bergabungnya. Kalau dia bergabung sebelum PD 2 berarti sukarela. Tapi kalau bergabung sesudah PD 2 maka itu paksaan," kata Rostineu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun