Mohon tunggu...
Rudy Wiryadi
Rudy Wiryadi Mohon Tunggu... Akuntan - Apapun yang terjadi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mulai hari dengan bersemangat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Apa yang Menyebabkan Pakuan Pajajaran Tidak Bisa Ditaklukkan Majapahit?

24 September 2021   10:05 Diperbarui: 24 September 2021   10:10 1080
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Kerajaan Pajajaran (pengajar.co.id)

Jika Anda mengetik kata "candi" di kolom pencarian Google, khususnya di Jawa, maka Anda akan menemukan sejumlah candi-candi yang bernafaskan Hindu-Buddha yang banyak tersebar di Jawa, dalam hal ini Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur.

Memang mendengar kata "candi" maka bayangan kita akan langsung teringat kepada sejumlah candi di Jawa. Selain di Jawa, peninggalan Hindu-Buddha itu juga terdapat di sejumlah tempat di Sumatera.

Khususnya di Magelang, Jawa Tengah, kita temukan Candi Borobudur yang sangat legendaris. Atau di Blitar, Jawa Timur ada candi Penataran. Candi Prambanan di Sleman, Yogyakarta.

Namun mengapa di Jawa bagian barat, alias Jawa Barat hanya sedikit sekali candi peninggalan Hindu-Buddha itu yang bisa diketemukan.

Di Jawa Barat, yaitu di Garut, ada candi satu-satunya di Tanah Sunda ini yang bernafaskan Hindu.

Apa sebabnya di tatar Priangan ini hanya sedikit sekali diketemukan keberadaan candi, tidak seperti di wilayah Pulau Jawa lainnya?

Jawaban itu bisa kita dapatkan dari apa yang dituturkan oleh Prof Nina Herlina Lubis yang adalah Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya UNPAD (Universitas Padjadjaran) Bandung.

Nina mengemukakan sedikitnya keberadaan candi di Jawa Barat karena dulunya, kendati sama-sama bernafaskan Hindu-Buddha, pusat pemerintahan Kerajaan Sunda ini sering berpindah-pindah tempat.

Pusat pemerintahan Kerajaan Sunda Galuh adalah di Kawali, atau Ciamis sekarang. Ini yang cukup dikenal dalam sejarah.

Namun menurut Nina. Setelah di Kawali, pusat pemerintahan (ibukota) juga pernah di Saunggalah (Kuningan sekarang), lalu pindah lagi ke Kawali.

Bahkan ketika Kerajaan Sunda ini bernama Pajajaran, ibukotanya berpindah lagi ke Pakuan (Bogor sekarang).

"Itulah sebabnya sangat sedikit ditemukan candi di Sunda, karena Raja yang menjadi kepala pemerintahan tidak sempat untuk menitahkan membuat candi," kata Nina.

Hanya Candi Cangkuang yang berlokasi di Garut satu-satunya candi Hindu yang ditemukan di Jawa Barat.

Dan Pakuan Pajajaran merupakan ibukota terakhir Kerajaan Sunda ini sebelum runtuh pada tahun 1579.

Kata "Pakuan" ini berasal dari kata "paku". Yang berarti pusat segala sesuatu (mikro kosmos).

Jika di jaman sekarang ini kita menemukan berita seperti "Beijing bersitegang dengan Washington". Maka istilah politik itu menunjukkan jika yang dimaksud adalah negara Cina bersitegang dengan Amerika Serikat.

Hal serupa terjadi pada masa Kerajaan Sunda yang bernafaskan Hindu itu, mereka juga menyebutkan "Pakuan" yang merujuk kepada Kerajaan Pajajaran secara keseluruhan.

Pakuan yang sekarang adalah Kabupaten/Kotamadya Bogor. Dikatakan oleh Tome Pires, seorang penjelajah bangsa Portugis, letak Dayeuh (bahasa Sunda) ini dengan "dua hari perjalanan dari Sunda Kelapa".

Tome pada abad ke 16 mengumpulkan sejumlah catatan tentang wilayah Sunda ini dan disatukan dalam sebuah catatan yang diberi judul "Suma Oriental". Catatan kuno ini masih tersimpan di Eropa.

Seperti Tome Pires, VOC juga menyebutkan ibukota Pajajaran itu dengan "dua hari perjalanan dari benteng VOC". Benteng VOC pada saat itu ada di Ciliwung.

Menarik disimak, ada sebagian pendapat yang mengatakan jika Prabu Siliwangi, Raja Pajajaran yang legendaris, sudah memeluk agama Islam sebelum beliau wafat.

Para ahli sejarah mengatakan jika Prabu Siliwangi itu meninggal pada tahun 1521. Hal itu terbukti dari adanya tulisan huruf 1521 di Prasasti Batu Tulis.

Prasasti Batu Tulis itu sampai kini masih ada eksistensinya di Bogor. Prasasti Batu Tulis itu dibuat oleh salah seorang putra dari Prabu Siliwangi yang bernama Prabu Surawisesa, 12 tahun setelah kematian Prabu Siliwangi.

Namun apakah benar jika Siliwangi sudah mualaf seperti yang diduga sebagian kalangan?

Menurut Nina, ketika wafat jenazah Siliwangi ini diperabukan. Sejumlah sumber lain juga menyebutkan jika Siliwangi meninggal secara Hindu.

Dalam sejarahnya, Kerajaan Sunda ini adalah kerajaan yang kuat. Kendati wilayah Sunda ini hanya sepertiga Jawa, namun Gajah Mada yang terkenal dengan Sumpah Palapa nya beberapa kali gagal dalam upayanya menguasai Sunda.

Ketika Majapahit nyaris hampir menguasai seluruh wilayah yang disebut dengan Indonesia sekarang ini, namun hanya Sunda lah satu-satunya yang belum bisa ditaklukkan.

Upaya terakhir yang dilakukan Majapahit untuk memperluas kekuasaannya adalah dengan upaya Hayam Wuruk untuk menikahi Putri Kerajaan Sunda yaitu Dyah Pitaloka Citra Resmi. Namun upaya ini kembali gagal. Sehingga berakhir dengan tragedi Bubat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun