Mohon tunggu...
Rudy Wiryadi
Rudy Wiryadi Mohon Tunggu... Akuntan - Apapun yang terjadi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mulai hari dengan bersemangat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Thomas Stamford Raffles Turut Meneliti Asal Usul Orang Jawa, Apa Katanya?

13 September 2021   10:05 Diperbarui: 13 September 2021   10:13 702
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suku Jawa (phinemo.com)


Sir Thomas Stamford Raffles, nama ini dikenal dalam sejarah sebagai Gubernur Jenderal Inggris yang berpusat di Batavia.

Yang bersangkutan, Thomas Stamford Raffles menjadi Gubernur Jenderal dalam kurun waktu lima tahun, yaitu dari tahun 1811-1816.

Namun tidak banyak yang tahu, jika Raffles juga adalah seorang sejarawan.

Dalam salah satu bukunya yang berjudul "The History of Java" (2008) Raffles menyinggung tentang asal-usul suku Jawa pada dulunya.

Raffles menyebutkan jika kata "Jawa" itu berasal dari nama salah satu tumbuhan biji-bijian, Jawa-wut.

Raffles mengemukakan teorinya itu berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh dirinya bahwa di Jawa pada saat itu banyak tumbuh Jawa-wut yang yang menjadi bahan pokok makanan masyarakat Jawa kuno pada saat itu.

Jadi, tidak seperti sekarang ini dimana masyarakat Jawa dan Indonesia umumnya sudah mengonsumsi beras sebagai makanan pokoknya.

Raffles juga menyebutkan adanya cerita yang beredar di masyarakat Jawa yang mengatakan bahwa kata "Jawa" itu berasal dari momen dimana ada dua orang raksasa yang memegang sebuah papan yang bernama Jawa.

Hal tersebut dapat dimengerti kendati harus diadakan penelitian lebih lanjut tentang kebenarannya, apakah benar demikian.

Namun Raffles juga mengemukakan hal yang sangat mengejutkan terkait asal-usul orang Jawa itu.

Raffles menyebutkan jika orang Jawa itu dulunya berasal dari Laut Merah dan Mesir.

Raffles menjelaskan teorinya itu secara geografis. Bahwa dulunya Pulau Jawa dengan Timur Tengah bersatu daratan sebelum akhirnya terpisah-pisah oleh lautan.

Sedangkan orang Mesir yang menjadi cikal bakal orang Jawa dikatakan Raffles karena dulunya mereka itu berbeda kepercayaan dengan masyarakat lainnya di Egypt itu.

Oleh karenanya mereka terbuang salah satunya ke Jawa. Orang-orang Mesir yang terbuang dan mendapatkan Jawa sebagai tempat tinggalnya yang baru itu menyembah unsur-unsur bumi seperti api, air, bulan, dan matahari yang dianggapnya memilki kekuatan supranatural.

Selain itu mereka juga menyembah hutan dan pepohonan. Raffles juga mengatakan orang-orang keturunan Mesir itu menemukan dan mulai menciptakan kesenian yang terbuat dari bambu yang tumbuh di hutan, yang kita kenal sekarang ini dengan seruling atau angklung.

Bahkan dari bambu itu mereka juga menciptakan bunyi-bunyian yang menyerupai suara-suara burung.

Mereka juga mempunyai kepercayaan pada yang satu ini terkait burung.

Dalam suatu aktivitas pemujaan, mereka antara lain memberikan sesajen yang diletakkan di altar pemujaan.

Jika ada burung yang mendekati dan memakan sesajen itu maka menurut mereka itu akan mendatangkan sesuatu yang baik.

Sebaliknya, jika burung-burung itu membiarkannya dan tidak memakan sesajen itu maka mereka itu akan mendatangkan sesuatu yang buruk kelak.

Teori Raffles yang mendekati kebenaran adalah apa yang dikatakannya bahwa dulunya Pulau Jawa ini bersatu daratan dengan Timur Tengah. Beberapa sumber menyebutkan bahwa Pulau Jawa ini memang dulunya bersatu dengan Asia dan Australia.

Terpisahnya Jawa dengan Asia dan Australia seperti kondisi sekarang ini karena pada saat itu terjadi musibah naiknya air laut yang membuat Jawa dengan Asia dan Australia terpisah.

Beberapa pendapat dikemukakan oleh sejumlah arkeolog mengenai asal-usul orang Jawa itu. Ada yang mengatakan bahwa orang Jawa ini berasal dari suku asli pribumi. 

Teori tersebut muncul berdasarkan adanya penemuan fosil manusia purba di Trinil pada tahun 1891 yang disebut para arkeolog dengan homo erectus 

Arkeolog lain mengatakan manusia Jawa ini berasal dari daerah Yunan di Tiongkok Selatan. Ini yang banyak diketahui oleh para pelajar dari buku-buku sejarah.

Mereka pada saat itu bermigrasi secara besar-besaran dengan menggunakan perahu cadik.

Dilihat dari segi bahasa, linguis (ahli bahasa) mengatakan rumpun bahasa Jawa dan Indonesia pada umumnya berasal dari rumpun bahasa Austronesia yang berasal dari Pulau Formosa (Taiwan).

Dari Taiwan mereka bermigrasi secara besar-besaran ke Filipina, diteruskan ke Jawa.

Dalam sebuah tulisan kuno ada seorang dari Kerajaan Keling di India yang menemukan daerah yang terpencil yang disebut Javacekwara.

Merasa tersingkir, seorang yang dimaksud, Aji Saka bersama para pengikutnya berkelana sampai ke Jawa. Maka mereka disebutkan sebagai nenek moyang orang Jawa.

Suku Jawa kini merupakan suku bangsa yang terbesar dari suku-suku lainnya yang ada di Indonesia.

Populasinya saat ini (data tahun 2010) meliputi 40,22 persen total populasi penduduk Indonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun