Apalagi penerbitan naskah karya Berg itu berbarengan dengan gelaran Sumpah Pemuda.
"Naskah Berg itu adalah propaganda untuk menimbulkan kebencian suku Sunda kepada suku Jawa. Itu adalah bagian dari politik devide et impera Belanda," kata Sri Sultan.
Belanda juga mengaitkan tragedi Bubat itu dengan nafsu dari Maha Patih Gajah Mada yang berambisi untuk menaklukkan seluruh wilayah Nusantara kepada kekuasaan Majapahit.
Pada saat itu nyaris seluruh wilayah yang disebut dengan Indonesia sekarang ini sudah ditaklukkan Majapahit, kecuali Kerajaan Sunda.
Sedangkan adanya mitos larangan menikah antara suku Sunda dengan suku Jawa itu berawal dari ketika adik Dyah Pitaloka, Wastukencana, diangkat menjadi raja Sunda menggantikan ayahnya.
Setelah dewasa Wastukencana ini terkenal dengan nama Prabu Siliwangi yang legendaris. Prabu Siliwangi lalu mengeluarkan larangan menikah antara suku Sunda dengan suku Jawa.
Apapun yang terjadi, kini di Bandung sudah ada nama jalan yaitu jalan Majapahit dan jalan Hayam Wuruk yang diresmikan oleh Gubernur Jawa Barat pada waktu itu, Achmad Heryawan pada tahun 2018 lalu. Untuk menghapus "luka lama".
Begitu pun di Yogyakarta sudah ada nama jalan Pajajaran.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI