Mohon tunggu...
Rudy Wiryadi
Rudy Wiryadi Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

pelangidipagihari.blogspot.com seindahcahayarembulan.blogspot.com sinarigelap.blogspot.com eaglebirds.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Perlakuan Kesehatan Terhadap Pria dan Wanita

25 Juli 2017   09:36 Diperbarui: 25 Juli 2017   10:43 1184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: underflame.blogspot.com

Wanita menghadapi banyak masalah kesehatan yang serupa dengan pria, tapi berbeda pengaruhnya. Karena prosedur rumah sakit biasanya merujuk pada gejala-gejala yang dialami pria, sangat mungkin terjadi, wanita mendapat diagnosa yang keliru, terlambat mendapat pengobatan yang tepat, atau bahkan dianggap tidak sakit!

Selama ini wanita sering dianggap sekedar 'versi kecil' pria. Namun sekarang, para ilmuwan mulai menyadari betapa kelirunya, betapa berbahayanya asumsi ini. Para peneliti telah menemukan adanya perbedaan-perbedaan biologis kecil di setiap bagian tubuh pria-wanita, mulai dari sel, yang menyebabkan kedua makhluk ini perlu ditangani secara berbeda. Seperti yang diutarakan Dr Susan Phillips dari Queen's University di Ontario, Kanada, "Pria dan wanita sama dalam 99 persen materi genetis mereka. Tapi kadang-kadang perbedaan genetis sangat kecil sekalipun besar pengaruhnya dalam diagnosa dan pengobatan."

Para peneliti juga mengetahui, bahwa pria dan wanita mencerna obat dengan cara berbeda. Keseimbangan hormon dan distribusi lemak tubuh memainkan peran penting dalam penyimpanan dan penggunaan bahan kimia ini. Diketahui pula, otak wanita lebih 'plastis' dari otak pria, yang memungkinkan wanita lebih cepat sembuh dari serangan stroke. Juga ditemukan, bahwa tubuh pria bereaksi pada beberapa jenis rasa sakit secara berbeda dari wanita, dan mungkin membutuhkan pengobatan yang tidak sama.

Bukan itu saja. Wanita lebih terbiasa memeriksakan diri ke dokter dan memelihara kesehatannya. Sedangkan pria enggan berobat ke dokter sampai penyakitnya parah. Pria juga lebih sering mengalami cedera dan kecelakaan, bahkan juga punya kecenderungan yang lebih besar untuk bunuh diri.

Wanita kurang diperhitungkan dalam penelitian klinis

Sekalipun sudah menyadari kekhasan wanita-pria, seringkali dokter memberi obat tanpa memperhitungkan perbedaan jender. Mengapa? Di seluruh dunia, kebanyakan percobaan klinis dilakukan pada pria. Wanita tidak diikutsertakan, karena akan menimbulkan kerumitan-kerumitan tersendiri. Misalnya, harus diperhitungkan kadar hormonnya ketika sedang haid, atau kalau sudah menopause. Juga ada persoalan dana. Semakin homogen peserta penelitian, semakin cepat diperoleh hasil. Bila mengikutsertakan wanita (juga berbagai etnis bangsa), penelitian menjadi rumit dan biayanya pun semakin mahal.

Namun pria pun bisa menjadi 'anak tiri' dan terabaikan dari riset penting. Misalnya dalam riset untuk osteoporosis. Satu diantara delapan kasus penyakit ini terjadi pada pria, tapi hanya sedikit penelitian yang melibatkan pria. Pengobatan pada pria, jadinya, hanya dilakukan berdasarkan penelitian-penelitian terhadap wanita.

Pada awal tahun 1990-an terjadi perkembangan menggembirakan di AS. Para peneliti mulai memperhatikan prosedur pengobatan, khususnya untuk penyakit jantung, dan menemukan bahwa pasien wanita selama ini telah diabaikan. Penelitian-penelitian berikutnya yang dilakukan oleh Food and Drug Administration AS menemukan pula bahwa wanita bereaksi berbeda terhadap pengobatan penyakit jantung. Antara lain, wanita cenderung menderita komplikasi ganda, seperti mengalami perdarahan setelah menjalani kateterisasi.

Perbedaan pria-wanita ini menimbulkan persoalan besar, kata Dr Phillips. "Kalau satu obat berhasil 100 persen pada pria dan sama sekali tidak ada pengaruhnya pada wanita, sekilas terkesan bahwa obat itu 50% efektif. Tapi kesimpulan seperti ini berbahaya, karena menyembunyikan fakta perbedaan jenis kelamin."

Beberapa tahun yang lalu National Institute of Health di AS menuntut agar untuk penyakit-penyakit yang diderita oleh pria maupun wanita, pemerintah memberi dana penelitian yang melibatkan kedua jenis kelamin.

Pria lebih tahan terhadap rasa sakit

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun