Mohon tunggu...
Rudy Wiryadi
Rudy Wiryadi Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

pelangidipagihari.blogspot.com seindahcahayarembulan.blogspot.com sinarigelap.blogspot.com eaglebirds.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Siap untuk Menikah lagi?

17 Juli 2017   15:27 Diperbarui: 17 Juli 2017   16:16 809
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.tribunnews.com

Anak-anak dan keluarga besar perlu memahami sejak awal, mengapa Anda mengakhiri rumah tangga sebelumnya. Jika mereka sudah paham, biasanya akan lebih mudah bagi mereka untuk menerima keputusan Anda untuk menikah kembali.

"Mereka bisa memberi masukan tetapi tentu saja keputusan akhir ada di tangan Anda. Dukungan keluarga memang penting namun Anda yang menentukan kebahagiaan Anda sendiri," kata Widya.

"Yakinkan mereka secara sungguh-sungguh untuk mau menerima keluarga barunya dan secara sukarela menjadi bagian dari keluarga baru tersebut," Widya menambahkan.

Pernikahan kedua yang sukses bukan mustahil, asalkan Anda mengambil langkah-langkah persiapan yang matang.

Untuk mewujudkan ini, dibutuhkan kedewasaan untuk menilai secara objektif terhadap andil diri sendiri dalam kegagalan pernikahan sebelumnya dan kemauan untuk mengubahnya. Yang tak kalah penting, Anda harus memiliki kesadaran tentang hal-hal yang penting dalam sebuah pernikahan.

"Pernikahan adalah proses yang dilakukan oleh dua orang yang memiliki karakter dan latar belakang yang berbeda dan membutuhkan penyesuaian. Perpaduan karakter yang tepat akan menghasilkan pernikahan yang harmonis," tandas Nurul.

Menurutnya, yang membuat seseorang pada akhirnya merasa mantap menatap pernikahan kedua adalah keyakinan bahwa dirinya mampu belajar dari kesalahan dan mengenal calon pasangan dengan baik.

Widya menambahkan, kemantapan bisa berasal dari keyakinan bahwa karakter pasangan yang baru dapat membahagiakan dan yakin kualitas relasinya saat ini. Ia merasa dapat saling mencintai, menghormati, percaya, dan dilindungi.

"Dibutuhkan keterbukaan dan kerelaan hati dari kedua pihak untuk saling beradaptasi, juga hadirnya harapan baru untuk membangun hidup keluarga yang lebih baik," pungkas Widya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun