Mohon tunggu...
Rudy Wiryadi
Rudy Wiryadi Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

pelangidipagihari.blogspot.com seindahcahayarembulan.blogspot.com sinarigelap.blogspot.com eaglebirds.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

"Geng" yang Tidak Selalu Berdampak Negatif

29 Juni 2017   06:23 Diperbarui: 30 Juni 2017   09:26 2346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat ini tidak sedikit anak usia SD, bahkan TK, sudah tergabung dalam sebuah geng. Awasi dan bantu mereka menjadikan kelompok pertemanan lebih bermanfaat.

Masyarakat beberapa kali dikejutkan dengan berita di media massa soal ulah onar geng anak sekolah. Mulai dari melakukan kebut-kebutan di jalan raya, menindas yuniornya, bahkan melakukan tindakan kriminal seperti pencurian dan penganiayaan. Mengerikan bukan?

Tapi itulah yang terjadi di lingkungan kita saat ini. Berkumpulnya anak dalam geng sekolah adalah hal biasa. Sekarang coba tengok pergaulan buah hati Anda. Apakah mereka tergabung dengan geng dan menindas temannya atau justru sebaliknya, menjadi korban "kerajaan kecil" itu?

Alasan Anak Membentuk Geng

Selama ini mungkin Anda mengira geng hanya terbentuk di sekolah menengah. Jangan salah. Menurut psikolog Roslina Verauli, M.Psi pembentukan geng bahkan sudah terjadi saat anak di taman kanak-kanak.

Apa alasan anak-anak cenderung tergabung dalam geng pertemanan? "Sebagai manusia normal, anak-anak butuh diakui keberadaannya. Mereka pikir, dengan membentuk atau bergabung dengan geng, mereka mendapatkan kedudukan yang jelas di lingkungan pergaulan," terang Praktisi Tumbuh Kembang RS Pondok Indah dan RS Cengkareng ini.

Anak akan merasa disukai banyak teman dan memiliki kepercayaan diri karena diterima di salah satu geng. Dengan begitu mereka merasa nyaman dan aman dalam bergaul. Terlebih-lebih bila mereka tergabung dalam geng populer di sekolah. Geng populer biasanya dibentuk anak-anak yang memiliki kelebihan atau kekuatan yang besar.

Kekuatan itu bisa bermacam-macam. Bisa jadi kekayaan orangtua, kepintaran, tubuh tinggi besar, dan lain-lain. Mereka yang dianggap populer akan menentukan standar mengenai siapa saja yang berhak masuk ke dalam kelompok.

Mereka juga menyeragamkan penampilan dan perangkat pendukung pergaulan. Siapa saja yang tidak mampu mengikuti persyaratan itu akan terdepak dari geng. Maka jangan heran bila tiba-tiba anak Anda minta dibelikan tas baru padahal tas lamanya belum rusak. Atau tiba-tiba mengubah potongan rambut dari biasanya. Bisa jadi itu dia lakukan karena tuntutan geng di sekolah. Mereka akan berusaha dengan cara apapun untuk mendapatkan keinginannya itu. Mulai dari merajuk hingga mengancam mogok sekolah.

Menurut Verauli, saat di bangku SD, anak mulai menyadari bahwa hubungan pertemanan itu dapat menciptakan rasa kepemilikan yang sama, kebanggaan, dan rasa percaya diri. Mereka menciptakan nama komunitas, menentukan tempat nongkrong bareng, dan lain-lain.

Kedekatan anak dengan gengnya bahkan bisa membuat anak merasa punya "keluarga baru", selain keluarganya sendiri. Mereka akan selalu bersama-sama di setiap kegiatan, misalnya saat jam istirahat, pergi dan pulang sekolah, pesta ulang tahun, pergi les, dan lain-lain. Mereka akan menghabiskan waktunya lebih banyak bersama teman-teman satu geng daripada keluarga di rumah.

Cenderung Menjajah

Verauli menjelaskan bahwa umumnya sebuah geng mempunyai ketua geng. Pemimpin ini adalah orang yang paling berkuasa dan berpengaruh. Memang ada anak yang terlahir dengan jiwa pemimpin. Bakat kepemimpinannya itulah yang membuat anak-anak lain menurut dan tertarik padanya.

Anak yang memiliki karisma sebagai ketua geng umumnya bisa bergaul dengan baik. Mereka bisa membujuk dan mempengaruhi orang lain. Mereka juga sering mengatur perilaku anggota geng. Tak heran ia terlihat lebih dewasa daripada anak seusianya.

Geng pertemanan di sekolah memang memiliki kecenderungan untuk "menjajah" pihak lain di luar geng. Apalagi bila anak itu memiliki "gaya" yang bertolak belakang dari mereka. Mereka akan mengucilkan pihak itu karena dianggap aneh atau berbeda.

"Yang sebenarnya terjadi adalah mereka merasa khawatir ada kekuatan lain yang akan berkembang," jelas Verauli. Mereka juga sering "membidik" anak-anak yang punya kepribadian tertutup dan sering sendiri. Lewat anak yang lemah dan tidak bisa melawanlah mereka bisa memperlihatkan kekuasaan.

Geng Positif

Keberadaan geng sebenarnya tidak melulu berdampak negatif. Ada juga kok yang mendatangkan manfaat. Geng jenis ini adalah kelompok pertemanan yang bersifat terbuka. Mereka tidak eksklusif dan memperbolehkan siapapun bergabung dalam kelompok mereka.

Biasanya geng ini didasarkan hobi yang sama. Karena itu, semakin banyak teman yang bergabung, mereka merasa senang. Biasanya yang digunakan sebagai sarana tempat berinteraksi adalah kegiatan ekstrakurikuler sekolah.

Selain itu, mereka juga memanfaatkan berbagai sanggar nonformal yang ada di masyarakat. Mereka biasanya melakukan berbagai kegiatan yang bermanfaat, seperti pentas seni, berbagai jenis lomba, dan lain-lain.

Pacu anak Anda bergabung dengan kelompok pertemanan jenis ini. Buah hati akan merasa memiliki kelompok, namun tetap bisa berprestasi dalam kegiatan positif. Sebagai orangtua, Anda pun tak perlu khawatir anak akan berulah di sekolah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun