"Seorang anak perlu keterampilan sosial agar ia lebih mudah diterima oleh siapapun, anak lebih mampu menyelesaikan masalah dengan orang lain, anak dapat mengasah berbagai keterampilan hidup yang lain, mengurangi kesulitan di sekolah, anak jadi lebih bersemangat sekolah, prestasi anak bisa lebih optimal, anak lebih menikmati hidup, lebih bahagia," papar Nina.
"Orangtua mana yang tidak mau anaknya sukses?" tanya Binky. "Ketika anak kita sukses di kemudian hari tentu jadi manfaat tersendiri. Anak yang memiliki sopan santun dan tahu aturan sosial di masyarakat tentu jadi nilai plus bagi orangtua. Sehingga tidak sulit membawa anak-anak ke berbagai situasi."
Itulah sebabnya Binky menyarankan pada orangtua untuk mengajarkan keterampilan sosial ini sejak bayi. "Tahap pertama melalui eye contact atau kontak mata ketika mengajak ngobrol si bayi mungil, tatap matanya dan dia akan merespons. Lalu pada anak balita, ajarkan cara antri, cara berbagi dengan temannya," pesan Binky.
Cara lain bisa dari berbagai referensi seperti buku, lagu, juga dari contoh langsung dengan mengajak anak-anak bagaimana berinteraksi dengan orang lain. Misalnya ajak anak ke pasar, perlihatkan bagaimana cara belanja yang baik, bagaimana memperlakukan orang lain, dan sebagainya.
Binky berpesan, yang tidak boleh dilakukan dalam melatih kemampuan ini adalah, inkonsistensi orangtua, sebab anak belajar dari contoh, jadi orangtua harus memberikan contoh yang baik, jangan sampai menyerobot antrian, hal itu akan membuat anak bingung, katanya harus antri tapi ibu kok tidak antri, itu membuat apa yang diajarkan pada anak bisa hancur.
Juga jangan buru-buru intervensi, misalnya saat bermain anak rebutan mainan, kita sebagai orangtua observasi dulu apa yang kira-kira akan dilakukan si anak, jangan langsung melarang atau memarahi teman si anak. Biarkan anak mendapatkan kesempatan untuk dia berinteraksi dengan orang lain, jangan buat semua lingkungannya steril.
Tak bisa dipungkiri dalam mengajarkan keterampilan sosial ini, ada sejumlah tantangan yang dihadapi orangtua. Di antaranya, ketika orangtua terlalu banyak intervensi khawatir anaknya dikecewakan orang lain. Ketika orangtua tidak konsisten memberikan contoh dengan apa yang harus anak lakukan. Juga minimnya kesempatan anak berinteraksi di luar sana dengan banyak orang. Hal ini tak lepas dari kebiasaan anak sekarang yang lebih banyak main di dalam rumah atau asyik nonton TV, main gadget. Sehingga minim kesempatan berinteraksi secara riil.
Karena itu, Binky memberi solusi atas kendala tersebut, menurutnya semua berawal dari rumah, ajaklah anak bicara, ngobrol bersama sampaikan nilai-nilai apa yang ingin ditanamkan pada anak. Ketika anak mulai berinteraksi dengan orang lain, ajak anak berinteraksi tidak hanya pada anak seusianya, tapi juga dengan beragam usia mulai dari yang lebih kecil, lebih besar hingga pada orang tua. Kenalkan anak pada lingkungan sosial ekonomi yang berbeda, tidak hanya rumah saja yang relatif serupa.
Pentingnya keterampilan sosial ini dimiliki oleh setiap anak, tentu saja agar anak tumbuh maksimal untuk kehidupannya yang lebih baik. Sebab bila tak diajarkan sejak dini, dampaknya tentu sangatlah buruk.
"Anak yang tidak memiliki kemampuan sosial yang baik, ketika dewasa di kehidupan sebenarnya akan menghadapi sejumlah kendala. Misalnya saat sekolah tidak percaya diri, kaku dalam bergaul, tidak mau bertanya pada guru karena anak tidak mampu berinteraksi dengan baik. Ketika makin besar, bertemu banyak orang dengan karakteristik berbeda, termasuk di dunia kerja, akan sulit bekerja sama dengan tim. Padahal semua itu tak lepas dari pentingnya memiliki keterampilan sosial yang baik," pungkas Binky.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H