Sebagian besar kasus konstipasi diawali oleh anak yang menahan BAB, misalnya karena WC sekolah yang kotor, anak sedang ikut dalam perjalanan yang tidak memungkinkan untuk BAB, atau makanan yang menyebabkan tinja keras sehingga anak sulit BAB.
"Kasus lain dalam jumlah kecil adalah faktor penyebab organik, seperti kelainan persarafan di usus, yakni sekitar 5-10 persen," tegas Dr. Frieda.
Mengapa menahan buang air besar itu tidak baik?
"Makin lama tinja tertahan, ia makin sulit dikeluarkan. Pada tinja yang terlalu lama didalam usus besar, kandungan airnya akan diserap oleh anak. Ini mengakibatkan tinja menjadi kering dan sulit dikeluarkan," beber Dr Frieda.
Begitu pula dampak pada usus. Semakin banyak tinja tertahan, semakin melebar usus besar. Bila terlalu besar, sensivitas usus berkurang sehingga anak tidak merasa ingin BAB meski sudah beberapa hari atau bahkan beberapa minggu tidak BAB," kata kata Dr Frieda.
Memang, bagaimana sih, proses normal BAB? Begini seperti penjelasan Dr Frieda. Awalnya, dinding usus besar akan meregang karena ada massa tinja didalamnya. Regangan dinding usus tersebut menimbulkan refleks relaksasi dari katup anus di bagian dalam. Ini akan direspons oleh katup anus di bagian luar.
Selanjutnya, saat melakukan BAB, katup anus dan otot-otot sekitarnya akan melakukan relaksasi sehingga otot bisa terbuka dan ada jalan mulus bagi tinja untuk keluar. Dibantu dengan mengejan yang akan meningkatkan tekanan didalam perut, kontraksi rektum atau otot yang mendekati anus akan mendorong tinja keluar.
"Pada keadaan normal, kita punya persarafan sensor di daerah anus yang memberi tahu tinjanya mau keluar atau belum, tinjanya padat atau hanya buang angin. Ada persarafan yang memberi tahu secara otomatis ke otak. Nah, pada anak dengan konstipasi, kadang ada luka di sekitar anus, dan luka itulah yang membuat dia takut untuk BAB. Dia berusaha menahan supaya tidak sakit, tapi menahan lebih lama menyebabkan BAB-nya jadi semakin kronis dan parah," jelas Dr Frieda.
Karena itu, menurut Dr Hegar, toilet training pada anak amat penting dilakukan. "Untuk anak usia di atas tiga tahun, sebaiknya lakukan toilet training, yakni dengan meminta anak duduk di toilet selama 5-10 menit segera setiap habis makan," jelasnya.
BAB tidak boleh ditahan. Kalau memang mau BAB bantu anak ke toilet. Biarkan dia rileks selama 5-10 menit sampai bisa mengeluarkan tinja. Jangan diburu-buru. Hal ini bisa Anda jadikan rutinitas, misalnya setiap habis sarapan atau setelah makan malam," tandas Dr Frieda.
Kedua pakar ini sependapat bahwa penanganan konstipasi pada anak harus dilakukan dengan diet yang benar.