Mohon tunggu...
Rudy Wiryadi
Rudy Wiryadi Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

pelangidipagihari.blogspot.com seindahcahayarembulan.blogspot.com sinarigelap.blogspot.com eaglebirds.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kenangan di Desa

27 Mei 2017   14:15 Diperbarui: 27 Mei 2017   15:19 605
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="sahur di desaku"][/caption]"sahur....sahur...sahur....." 

pagi itu anak-anak dan remaja desa ciriung membunyikan tetabuhan sederhana dari ember, botol galon aqua, serta kentrengan ronda, berkeliling desa membangunkan penduduk untuk waktunya makan sahur

dengan bercelana pendek, memakai kaos bola "Ronaldo", ada juga yang bersarung

itulah renunganku semasa di desa sekira sepuluh tahun yang lalu

waktu itu aku berpuasa, bila sahur atau berbuka, ibu yang mempersiapkan makanannya

aku berusaha agar puasaku tidak bocor, paling tiap puasa waktu aku bocor dua atau tiga hari

kata ibu, puasa adalah kewajiban kita sebagai muslim menjalankan syariat, rukun Islam, kelak nanti kita akan mendapatkan pahalanya, setiap kali seharian berpuasa, menahan lapar dan haus, serta meredam hawa nafsu yang buruk, baik pahala di dunia atau pun di akhirat

jadi sehari berpuasa, pahalanya sekian, dua hari sekian,

dan setan-setan pun dibelenggu di bulan Ramadan, bulan yang penuh rahmat dan ampunan

teringat pula aku dan teman-teman sering ngabuburit, kadang main layangan di tanah lapang, atau bermain kelereng

dua puluh menit menjelang buka, aku sudah sampai di rumah, menunggu beduk

dan alangkah indah jika beduk tanda buka ditalu dari beberapa mesjid yang ada di ciriung

duk...duk...duk...duk....buka..!   buka....!....buka...! demikian suara dari spiker dari mesjid

 

aku pun segera berbuka dengan es teh manis yang sudah disiapkan ibu, kemudian pula dengan nasi putih, sayur asam, ikan teri

ah, nikmatnya berbuka...

seharian menahan lapar dan haus, hari ini aku mendapat sekian pahala

selesai berbuka, aku segera berangkat ke mesjid untuk bertarawih dengan imamnya waktu itu bapa Ujang

demikian dari sehari ke sehari, aku berpuasa, sungguh indah dan berkhidmat, kata bapa Ujang puasa itu mendekatkan diri pada Illahi, penuh kesucian

 

dan kini sekarang aku di kota, menyadari bahwa cahayanya Ramadan itu bersinar indah gemerlap, suci, khidmat, penuh rahmat, cahayanya Illahi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun