sambil menyeruput hangatnya kopi
jari menari teraliri gundah hati
ruh kerinduan terbekab
di kaki langit malam
aksara tak lagi bernyawa
tiada puisi cinta yang terukir
runtuh rasa terkatung-katung
hampa jiwa asmara pun terkuburÂ
endapan tinggal separuh
hanya tersisa ampas penantian
jam tangan menunjuk pukul sebelas
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!