Mohon tunggu...
Rudy Yuswantoro
Rudy Yuswantoro Mohon Tunggu... Lainnya - Puisi adalah jiwaku

Penikmat Literasi || Pecandu Rindu || Pemital Aksara

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Dalam Jeruji Besi

14 Juni 2016   14:56 Diperbarui: 14 Juni 2016   16:24 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

pada ruang berukuran kecil

tembok kusam sebagai saksi bisu

jerit tangisan batin lelaki separuh baya

pun airmata mengering tiada setetes mengalir

 

bayang-bayang lepas terus menghantui

pikiran terombang ambing laku tak bermoral

setelah berbulan-bulan menjerat hasrat

bersetubuh, mencecerkan sperma aksara

 

sesal mengurung diri, kini

mendekam panjang pemutusan

pasrah menyerah dalam penyesalan

tengadah antara kepengapan kamar dua tiga

 

titik akhir tanpa koma

jikalau maaf tiada terbalas

pantas kalau terbuang jauh

karena diri tak layak disebut  ayah

 

Surabaya, 14 Juni 2016

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun