banyak orang berkata
negeri ini penuh kekayaan
melimpah ruah hasil buminya
penuh benih pasir permata
bertambang emas dan batu bara
bukti nyata dari nafas dunia
Â
tapi mengapa masih saja terbelenggu
jiwa-jiwa banyak berlari ke tanah seberang
mencari sekeping receh demi sesuap nasi
segenggam kehidupan untuk keluarga tercinta
menggapai asa antara jerih tak berdaya
walau terkadang kaca retak dan pecah terpisah
Â
harus bagaimanakah mengungkapkan
sedangkan semua telah menghilang
terkuras oleh kebusukan segelintir orang
aklak yang tidak lagi berbudi pekerti dalam kebijaksanaan
kuku-kuku hitam telah mencakar robek kehidupan
hingga kami pun terjerat dalam pangkuan pertiwi
Â
bagi kami siang adalah malam bahkan malam seperti pagi
bekerja dan terus bekerja tiada berhenti
walau berlinang airmata, batin tak jengah mengeluh
tak mengapa sebagai budak bangsa sendiri
bagaikan mainan anak-anak kecil, lalu terbuang
terhempas dan dihempas, entahlah
Â
maafkan Tuan
pabila celoteh mengusik batinmu
membuat engkau akan sakit hati
setidaknya cobalah mengkaji ulang
agar bisa mudah mengisi perut-perut kosong
tak harus meronta, Â menjerit pilu di negeri tetangga
Â
Surabaya, 29 Mei 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H