Dalam dunia trading, prinsip dasar yang paling utama untuk mendapatkan keuntungan secara konsisten adalah "Beli pada harga bawah dan jual pada harga sedikit lebih tinggi". Prinsip dasar ini berlaku untuk segala jenis kegiatan trading termasuk trading saham.
Prinsip ini seolah sudah mandarah-daging bagi seorang trader, secara naluriah mereka akan melakukannya. Mereka harus beli pada harga yang serendah-rendahnya agar mendapatkan untung sebesar-besarnya. Dalam dunia trading istilahnya adalah "Buy On Weakness (BOW)" atau beli pada saat harga sedang turun pada titik terendahnya.
Masalahnya adalah tidak seorang pun yang dapat memastikan apakah harga saat ini sudah mencapai titik terendahnya. Meskipun ada beberapa alat bantu (tools) dalam analisis teknikal seperti pola-pola pembalikan (reversal pattern), trend, historical data dan banyak lagi lainnya, namun semuanya hanya memberikan perkiraan atau probabilitas.
Dengan demikian ketika harga saham turun secara signifikan dalam beberapa hari berturut-turut maka para trader biasanya sudah tidak sabar lagi untuk segera membeli dengan anggapan harga saat itu sudah mencapai titik terendahnya.
Mereka ingin mendapatkan untung sebanyak-banyaknya dengan cara mengantisipasi pembalikan harga yang diharapkan akan terjadi. Jadi mereka ingin beli pada titik terendah sebelum harga berbalik arah, sehingga pada saat harga naik keuntungan yang didapatkan bisa maksimal.
Fenomena ini dalam dunia trading saham dikenal dengan istilah "menangkap pisau jatuh". Teknik "menangkap pisau jatuh" secara naluriah banyak diterapkan oleh trader saham dengan time frame harian sampai mingguan.
Bagi trader jangka pendek yang umumnya memegang saham dalam jangka waktu hanya beberapa hari sampai 1-2 minggu (periode antara beli dan jual), biasanya mereka cenderung lebih agresif dan antispatif, sehingga mereka sering kali menggunakan Teknik ini.
Teknik menangkap pisau jatuh ini juga sesuai dengan kebenaran umum di pasar saham yaitu "high risk high gain". Sesuai dengan prinsip tersebut, potensi keuntungan yang kita dapatkan dengan menggunakan teknik ini bisa maksimal namun risikonya juga sangat tinggi.
Sebagai trader pemula sebaiknya menghindari teknik ini karena dibutuhkan keterampilan dan pengetahuan di atas rata-rata agar bisa terhindar dari jebakan harga "murah" yang ternyata masih dapat turun lebih dalam dari yang diperkirakan sebelumnya.
Fase awal ketika seorang trader melakukan kesalahan dalam memprediksi harga terendah dari sebuah saham disebut dengan fase "denial" atau menyangkal kalau prediksinya salah, biasanya mereka akan tetap bertahan pada hasil analisis sebelumnya bahwa harga pasti akan naik, mereka berpikir ini hanya "interupsi" atau koreksi sementara.
Dengan demikian pada saat kerugian masih relatif kecil mereka tidak melakukan "cut loss" atau mengakui kesalahan prediksi mereka dan menutup transaksi tersebut meskipun sedikit rugi.
Ketika saham yang sudah dibeli ini harganya semakin turun mereka mulai mencari pembenaran atas fakta yang sedang terjadi dengan berasumsi bahwa koreksi harga kali ini memang harus terjadi agak dalam atau dalam periode yang agak panjang.Â
Sebagai contoh koreksi minor biasanya dalam 1-2 hari akan kembali, namun ini mungkin 1-2 minggu baru kembali, mereka terus berharap keadaan akan berubah sesuai dengan harapan mereka.
Fase kedua atau fase pembenaran ini baru terasa dampaknya setelah beberapa minggu pada saat kerugian sudah semakin besar dan mereka akan menghadapi dilema bila harus "cut-loss" dengan kerugian yang cukup besar.
Dalam praktiknya, sebagian besar trader ini tidak mau dan tidak siap untuk menerima kerugian yang cukup besar ini sehingga mereka memutuskan untuk tetap meng-hold saham yang sudah turun harganya ini dan tidak mau merealisasikan kerugiannya atau "cut-loss".
Pada fase ini banyak trader yang kemudian ber-metamorfosis dari trader menjadi "investor" dengan dalih suatu saat nanti harga saham yang saat ini turun banyak akan kembali naik bahkan lebih besar dari harga belinya, entah itu setahun atau dua tahun lagi, tidak ada yang tahu pasti.
Oleh karena itu untuk menghindari kerugian yang besar dan "nyangkut" dalam waktu yang lama sebaiknya para trader tidak tergiur dengan keuntungan yang besar karena mereka mengira berhasil melakukan pembelian pada saat harga turun tajam dan telah mencapai titik terendahnya namun ternyata harga masih bisa turun lebih rendah lagi.
Pada umumnya mereka "merasa yakin" atas kemampuan analisisnya dalam memprediksi titik terendah dari pergerakan harga saham dan dapat menentukan dengan tepat satu langkah sebelum mencapai titik baliknya.
Sebagai trader kita tidak perlu terlalu berharap dapat melakukan prediksi atau analisis yang selalu tepat, karena prediksi yang tepat dan akurat sangat-sangat jarang terjadi di dunia pasar modal.
Jadi, yang paling penting bukan seberapa tepat prediksi kita, namun apakah kita mampu mengatasi risiko terburuk yang mungkin akan terjadi.
Warren Buffet selalu mewanti-wanti, "never lose your money", artinya adalah jauh lebih penting kita tidak rugi atau kehilangan uang daripada kita mengejar keuntungan besar yang belum pasti dengan risiko kehilangan uang kita.
Bagaimana caranya agar kita dapat terhindar dari rayuan maut "menangkap pisau jatuh"?
Pertama, jangan serakah. Jangan pernah berpikir bahwa pasar modal adalah sebuah tempat di mana kita dapat mencari uang secara cepat dan mudah melalui trading.
Jangan mudah tergiur dengan flexing yang dilakukan oleh para influencer yang sering memamerkan "cuan" yang mereka peroleh dari trading secara cepat dan mudah, bahkan mungkin digambarkan semudah membalikkan telapak tangan.
Bila memang semudah dan secepat itu mendapatkan uang di pasar modal melalui trading, maka semua orang akan melakukannya. Kenyataannya justru jauh lebih banyak yang gagal di pasar modal daripada yang berhasil.
Dengan memahami kenyataan bahwa tidak semudah itu untuk mendapatkan uang dari trading di pasar modal maka kita akan menghargai sekecil apapun keuntungan yang kita dapat.
Jangan serakah juga mempunyai arti bahwa lebih baik keuntungan kecil dengan risiko yang dapat diterima dibandingkan keuntungan yang maksimal namun risikonya besar dan tidak dapat diprediksi.
Kedua, kita harus disiplin dalam melakukan trading. Disiplin ini sebenarnya merupakan gabungan antara kesabaran dan konsistensi dalam mematuhi aturan trading yang sudah kita tetapkan sendiri.
Rule of trading atau aturan trading merupakan SOP (Standard Operation Procedure) bagi setiap trader. Aturan trading berperan sebagai panduan atau prosedur baku bagi seorang trader yang berisi hal-hal yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan (to-do-list dan don't-do-list) dalam menjalankan kegiatan trading di pasar modal.
Rule of trading biasanya dibangun di atas prinsip-prinsip dasar trading yang telah terbukti berhasil yang telah dilakukan oleh para trader kelas dunia dan disesuaikan dengan pengalaman pribadi masing-masing trader sehingga antara satu trader dengan lainnya biasanya ada sedikit perbedaan sesuai dengan gaya dan preferensi masing-masing.
Sekali ditetapkan maka rule of trading harus dijalankan secara disiplin dan tanpa kompromi, misalnya kapan entry, kapan exit, kapan harus cut-loss dan seterusnya.
Namun demikian ada kemungkinan aturan trading yang sudah kita jalankan dengan disiplin hasilnya tidak memuaskan atau bahkan rugi. Apabila ini terjadi maka ini menjadi pertanda atau alarm bagi kita untuk menganalisis dan mengevaluasi kembali aturan yang telah kita buat.
Aturan trading harus dievaluasi secara periodik, untuk mengetahui efektifitas dari aturan tersebut. Namun sekali kita tetapkan aturan tersebut harus dijalankan dengan disiplin dan hanya boleh diubah atau diganti setelah dilakukan evaluasi secara menyeluruh.
Bila di tengah jalan kita melanggar atau tidak mengikuti aturan yang sudah kita tetapkan maka trading yang kita lakukan tidak ada dasarnya dan hanya mengandalkan keberuntungan. Meskipun kita mendapatkan keuntungan sifatnya hanya sementara dan tidak bisa diulang, secara jangka panjang hal ini akan merugikan kita.
Ketiga, never lose your money, lebih baik mencegah kerugian daripada mengembalikan kerugian yang sudah terjadi.
Prinsip kehati-hatian sebelum membeli saham ibarat sebuah benteng teguh yang menjaga seorang trader dari kerugian yang tidak perlu.
Selain itu, seyakin apapun kita atas analisis yang telah kita lakukan kita harus siap "salah", bagaimanapun juga "pasar" selalu benar, kita sebagai trader yang bisa salah.
Dan satu hal yang harus kita sadari, seringkali kita berada pada kwadran di mana "kita tidak tahu kalau kita tidak tahu", oleh karena itu kita harus selalu siap sedia untuk mengevaluasi diri kapanpun ketika kita mendapati prediksi kita tidak sesuai dengan kemauan "pasar".
Jangan takut untuk masuk ke dunia pasar modal dan jangan takut menghadapi segala risiko yang mungkin bisa terjadi.
Seperti dalam kehidupan nyata, risiko selalu ada dalam tiap tindakan kita, namun kita dapat memilih risiko yang paling kecil dan dapat kita terima. Kuncinya adalah terus belajar tanpa henti meskipun kita sudah "merasa" mengetahui segala sesuatu mengenai pasar modal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H