Mohon tunggu...
Rudy Subagio
Rudy Subagio Mohon Tunggu... Lainnya - Just ordinary people, photograph and outdoors enthusiast, business and strategy learner..

Hope for the Best...Prepare for the Worst ...and Take what Comes. - anonymous- . . rudy.subagio@gmail.com . . Smada Kediri, m32 ITS, MM48 Unair

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Menjadi Investor "Bodoh"

29 Mei 2023   13:40 Diperbarui: 29 Mei 2023   18:52 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Stay Hungry, Stay Foolish"  - Steve Jobs-

Ungkapan di atas dipopulerkan oleh Steve Jobs, salah satu pendiri Apple Computer Co., pada saat beliau didaulat untuk menyampaikan pidato pada acara wisuda di Universitas Stanford, Amerika Serikat, periode Juni 2005.

Ungkapan "Tetap merasa lapar dan tetap merasa bodoh" inilah yang mengilhami Steve Jobs dalam berkarya dan berinovasi sehingga menghasilkan produk yang luar biasa seperti Macbook, iPod, iPhone dan iPad yang diakui dunia sebagai salah satu produk paling inovatif di jamannya.

Pesan penting dari ungkapan di atas adalah jangan pernah merasa puas dan jangan pernah merasa paling pintar atau sudah tahu semuanya. Jangan sampai kita begitu bangganya dengan semua pencapaian kita sejauh ini dan mulai berhenti belajar.

Pesan ini tetap relevan di jaman sekarang, dan bukan hanya di industri teknologi tinggi namun juga di dunia investasi atau di pasar saham.

Pada era digital saat ini, pasar saham juga tidak bisa lepas dari kemajuan teknologi digital, terutama Artificial Intelligent (AI) dan Big Data.

Kemajuan AI semakin tidak terbendung lagi di dunia pasar saham dan tidak lama lagi AI dapat menggantikan peran seorang analis saham, terutama analis teknikal dengan tingkat akurasi yang lebih tinggi karena menggunakan algoritma yang lebih baik.

Bagi generasi muda, terutama Gen-Z dan generasi milenial mungkin tidak ada hambatan dalam menyesuaikan diri dengan kemajuan teknologi digital. Tapi bagaimana dengan generasi baby boomers, apalagi yang telah atau menjelang usia pensiun?

Bagi generasi tua yang saat ini menjelang atau telah pensiun, umumnya akan kesulitan untuk mengikuti perkembangan teknologi digital dan bersaing dengan generasi yang jauh lebih muda.

Namun demikian generasi tua atau para pensiunan juga memiliki kelebihan dibanding generasi yang lebih muda, yaitu emosi yang lebih matang dan stabil, dan dalam beberapa hal mungkin juga memiliki kebijaksanaan dan wawasan yang lebih luas.

Dalam dunia pasar saham ketrampilan atau keahlian teknis sama pentingnya dengan kematangan emosi yang termanifestasi dalam pengendalian diri, kesabaran dan ketenangan dalam mengambil keputusan.

Jadi baik generasi muda maupun generasi tua memiliki tantangan masing-masing untuk memenangkan pertarungan di pasar saham.

Namun sebenarnya makna "stay hungry stay foolish" jauh lebih penting daripada sekedar bagaimana kita terus belajar di pasar modal menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi dan dinamika pasar.

"Stay hungry, stay foolish" mengajarkan ilmu kehidupan tingkat tinggi, yaitu bagaimana kita menaklukkan ego kita sendiri, mengakui kalau kita tidak tahu atau bahkan ketidakmampuan kita untuk berubah dalam hal-hal tertentu.

Sebagai contoh, salah satu investor paling sukses di dunia Warren Buffet (WB) mengakui kalau beliau tidak memahami bisnis model perusahaan IT atau teknologi digital dan menyadari keterbatasannya di dunia IT sehingga beliau juga tidak belajar mati-matian untuk menguasai dunia IT atau teknologi digital.

Terkadang kita merasa pandai atau memiliki tingkat kecerdasan diatas rata-rata, dan kita merasa tertantang untuk mempelajari semua hal baru yang kita pikir kita akan mampu melakukannya.

Namun hal ini seringkali menjadi jebakan atau perangkap bagi banyak orang karena mereka lebih mengedepankan ego nya daripada hasil akhir.

Bagi Warren Buffet (WB) atau para investor sukses lainnya yang mampu mengendalikan egonya, mereka fokus pada hasil akhir dan tidak membiarkan egonya mengendalikan tindakannya.

Secara sederhana WB tidak mau berinvestasi di perusahaan IT karena dia tidak mengerti bisnis model perusahaan tersebut. Meskipun mungkin banyak orang meremehkan tingkat kecerdasan beliau.

Di sisi lain, meskipun sudah terbukti sebagai investor paling sukses di dunia, WB tidak pernah merasa lebih pandai dari orang lain dalam menganalisa saham, beliau juga tidak pernah mengomentari atau menyalahkan analisa investor lain yang berbeda pandangan atau penilaian.

Sikap inilah yang patut menjadi teladan bagi para investor atau pebisnis pasar saham di tanah air. Kalau kita perhatikan saat ini ada beberapa influencer atau investor saham terkenal yang terkadang menyerang atau mengomentari pendapat analis lain secara terang-terangan dan diunggah dalam channel youtubenya.

Terlepas dari fakta bahwa analis lain ternyata membuat kesalahan baik dalam menganalisa kejadian tertentu, salah mengutip data atau mungkin salah ucapan atau tulisan, bagi kita investor sejati tidak ada manfaatnya untuk menanggapinya bila tidak diminta.

Sikap tetap merasa bodoh bukan hanya membuat kita sadar diri akan keterbatasan pengetahuan kita. Namun lebih dari itu, mindset ini akan menghindarkan kita dari segala keruwetan dan hiruk pikuk yang menguras waktu dan tenaga kita hanya untuk sekedar memuaskan ego kita yaitu bahwa kita lebih baik dibanding orang lain.

Segala pengorbanan waktu, tenaga dan pikiran untuk membuktikan bahwa analisa kita paling benar tidak sepadan dengan penghargaan yang kita terima -Pun kalau orang lain menggangap kita hebat.

Karena bagi seorang investor atau pebisnis pasar saham yang penting adalah hasil akhir dari portfolio mereka apakah bertumbuh atau sebaliknya.

Stay hungry, stay foolish adalah ungkapan yang sangat relevan bagi saya pribadi yang termasuk telat masuk ke pasar modal. Jangankan dibandingkan dengan WB atau LKH, dengan para investor lain yang sudah terlebih dulu terjun ke pasar saham, saya belum ada setitiknya.

Stay hungry, stay foolish dan stay relevant.

Disclaimer 

Saya masih termasuk "pemula" di dunia pasar saham, jadi tulisan saya hanya untuk  berbagi. Ini merupakan bagian dari proses pembelajaran saya di dunia pasar saham. Bila ada masukan dipersilahkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun