"Stay Hungry, Stay Foolish" Â - Steve Jobs-
Ungkapan di atas dipopulerkan oleh Steve Jobs, salah satu pendiri Apple Computer Co., pada saat beliau didaulat untuk menyampaikan pidato pada acara wisuda di Universitas Stanford, Amerika Serikat, periode Juni 2005.
Ungkapan "Tetap merasa lapar dan tetap merasa bodoh" inilah yang mengilhami Steve Jobs dalam berkarya dan berinovasi sehingga menghasilkan produk yang luar biasa seperti Macbook, iPod, iPhone dan iPad yang diakui dunia sebagai salah satu produk paling inovatif di jamannya.
Pesan penting dari ungkapan di atas adalah jangan pernah merasa puas dan jangan pernah merasa paling pintar atau sudah tahu semuanya. Jangan sampai kita begitu bangganya dengan semua pencapaian kita sejauh ini dan mulai berhenti belajar.
Pesan ini tetap relevan di jaman sekarang, dan bukan hanya di industri teknologi tinggi namun juga di dunia investasi atau di pasar saham.
Pada era digital saat ini, pasar saham juga tidak bisa lepas dari kemajuan teknologi digital, terutama Artificial Intelligent (AI) dan Big Data.
Kemajuan AI semakin tidak terbendung lagi di dunia pasar saham dan tidak lama lagi AI dapat menggantikan peran seorang analis saham, terutama analis teknikal dengan tingkat akurasi yang lebih tinggi karena menggunakan algoritma yang lebih baik.
Bagi generasi muda, terutama Gen-Z dan generasi milenial mungkin tidak ada hambatan dalam menyesuaikan diri dengan kemajuan teknologi digital. Tapi bagaimana dengan generasi baby boomers, apalagi yang telah atau menjelang usia pensiun?
Bagi generasi tua yang saat ini menjelang atau telah pensiun, umumnya akan kesulitan untuk mengikuti perkembangan teknologi digital dan bersaing dengan generasi yang jauh lebih muda.
Namun demikian generasi tua atau para pensiunan juga memiliki kelebihan dibanding generasi yang lebih muda, yaitu emosi yang lebih matang dan stabil, dan dalam beberapa hal mungkin juga memiliki kebijaksanaan dan wawasan yang lebih luas.