Mohon tunggu...
Rudy Subagio
Rudy Subagio Mohon Tunggu... Lainnya - Just ordinary people, photograph and outdoors enthusiast, business and strategy learner..

Hope for the Best...Prepare for the Worst ...and Take what Comes. - anonymous- . . rudy.subagio@gmail.com . . Smada Kediri, m32 ITS, MM48 Unair

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Menjadi Investor "Bodoh"

29 Mei 2023   13:40 Diperbarui: 29 Mei 2023   18:52 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam dunia pasar saham ketrampilan atau keahlian teknis sama pentingnya dengan kematangan emosi yang termanifestasi dalam pengendalian diri, kesabaran dan ketenangan dalam mengambil keputusan.

Jadi baik generasi muda maupun generasi tua memiliki tantangan masing-masing untuk memenangkan pertarungan di pasar saham.

Namun sebenarnya makna "stay hungry stay foolish" jauh lebih penting daripada sekedar bagaimana kita terus belajar di pasar modal menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi dan dinamika pasar.

"Stay hungry, stay foolish" mengajarkan ilmu kehidupan tingkat tinggi, yaitu bagaimana kita menaklukkan ego kita sendiri, mengakui kalau kita tidak tahu atau bahkan ketidakmampuan kita untuk berubah dalam hal-hal tertentu.

Sebagai contoh, salah satu investor paling sukses di dunia Warren Buffet (WB) mengakui kalau beliau tidak memahami bisnis model perusahaan IT atau teknologi digital dan menyadari keterbatasannya di dunia IT sehingga beliau juga tidak belajar mati-matian untuk menguasai dunia IT atau teknologi digital.

Terkadang kita merasa pandai atau memiliki tingkat kecerdasan diatas rata-rata, dan kita merasa tertantang untuk mempelajari semua hal baru yang kita pikir kita akan mampu melakukannya.

Namun hal ini seringkali menjadi jebakan atau perangkap bagi banyak orang karena mereka lebih mengedepankan ego nya daripada hasil akhir.

Bagi Warren Buffet (WB) atau para investor sukses lainnya yang mampu mengendalikan egonya, mereka fokus pada hasil akhir dan tidak membiarkan egonya mengendalikan tindakannya.

Secara sederhana WB tidak mau berinvestasi di perusahaan IT karena dia tidak mengerti bisnis model perusahaan tersebut. Meskipun mungkin banyak orang meremehkan tingkat kecerdasan beliau.

Di sisi lain, meskipun sudah terbukti sebagai investor paling sukses di dunia, WB tidak pernah merasa lebih pandai dari orang lain dalam menganalisa saham, beliau juga tidak pernah mengomentari atau menyalahkan analisa investor lain yang berbeda pandangan atau penilaian.

Sikap inilah yang patut menjadi teladan bagi para investor atau pebisnis pasar saham di tanah air. Kalau kita perhatikan saat ini ada beberapa influencer atau investor saham terkenal yang terkadang menyerang atau mengomentari pendapat analis lain secara terang-terangan dan diunggah dalam channel youtubenya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun