Mohon tunggu...
Rudy Subagio
Rudy Subagio Mohon Tunggu... Lainnya - Just ordinary people, photograph and outdoors enthusiast, business and strategy learner..

Hope for the Best...Prepare for the Worst ...and Take what Comes. - anonymous- . . rudy.subagio@gmail.com . . Smada Kediri, m32 ITS, MM48 Unair

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Pelajaran Pasar Saham: Sepandai-pandainya Tupai Melompat Ada Saatnya Jatuh Juga

24 Mei 2023   21:36 Diperbarui: 27 Mei 2023   21:09 1589
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jesse Livermore merupakan salah satu legenda pasar modal dunia, dia adalah trader saham terbesar pada masanya di tahun 1930-an di Amerika Serikat.

Dia juga dikenal sebagai trader professional pertama di dunia, sebuah profesi baru yang sebelumnya tidak pernah ada dan tidak pernah dibayangkan orang.

Sebagai trader professional pada usia 30 tahun atau 2 tahun sebelum terjadinya Great Depression di tahun 1929, Jesse Livermore telah mimiliki kekayaan sebesar 100 juta dollar (senilai 10 miliar dollar saat ini)

Pada saat terjadinya Great Depression, semua saham di bursa saham Amerika Serikat rontok, harganya terjun bebas dan ekonomi mengalami kemerosotan yang sangat parah.

Dampak dari peristiwa ini banyak perusahaan yang bangkrut dan tidak sedikit pialang saham yang akhirnya memilih bunuh diri. Dibutuhkan waktu sekitar 10 tahun untuk memulihkan kondisi ekonomi nasional Amerika Serikat yang porak poranda kembali ke titik sebelumnya.

Sementara banyak pialang saham yang bangkrut dan bahkan ada yang bunuh diri, pada kondisi tersebut Jesse Livermore justru meraup keuntungan yang luar biasa.

Sebuah kombinasi antara kejeniusan dan keberuntungan, pada saat itu Jesse Livermore mengambil posisi short atau melawan pasar, bertaruh bahwa saham akan turun.

Dalam satu hari, pada tanggal 29 Oktober 1929 yang merupakan puncak kejatuhan pasar saham saat itu, Jesse Livermore mendapatkan keuntungan 30 juta dollar (senilai 3 milyar dollar saat ini).

Ini merupakan kejadian yang sangat fenomenal karena keuntungan yang luar biasa ini diperoleh pada periode yang dikenang sebagai tahun terburuk sepanjang sejarah pasar saham dunia.

Namun sayang dalam perjalanan karir di pasar saham selanjutnya, Jesse Livermore tidak selalu beruntung dan titik baliknya pada tahun 1940 Jesse Livermore mengakiri hidupnya dengan bunuh diri dengan meninggalkan harta "hanya" sebesar 5 juta dollar.

Hikmah dari cerita ini adalah tidak ada seorangpun yang selalu beruntung di pasar saham. Dengan kata lain jangan mencoba-coba mengulang keberuntungan masa lalu di saat ini atau di masa depan.

Ungkapan "One moment lost is lost forever" mungkin masih relevan di pasar saham, kalau ada satu kesempatan emas kita lewatkan jangan banyak berharap itu akan muncul lagi di masa yang akan datang.

Sebagai contoh bila ada sebuah saham yang tiba-tiba booming atau harganya naik tajam berturut-turut dalam beberapa hari, kalau kita belum punya saham tersebut jangan dikejar dan sebaiknya juga jangan ditunggu akan kembali booming.

Lebih baik cari saham lain yang bagus fundamentalnya atau pertumbuhannya tinggi dan kita tunggu sampai harga-harganya benar-benar di bawah dengan metode "test the water" untuk memitigasi resiko yang mungkin terjadi.

Salah satu penyakit yang sering dialami oleh trader saham professional atau bahkan para fund manager top dunia adalah terlalu percaya bahwa keberutungan masa lalu akan terulang di masa depan.

Perilaku mengharapkan keberuntungan terulang tanpa disadari akan menimbulkan sifat greedy atau tamak, atau percaya diri berlebihan sehingga berani menaruh lebih banyak modal pada saham tertentu untuk mendapatkan profit yang berlipat ganda.

Tentu saja tidak ada seorangpun investor atau trader yang tidak pernah salah, mereka semua pasti pernah salah dan banyak yang tidak menyadari kalau prediksinya keliru sampai mereka menderita kerugian.

Keberhasilan di pasar saham yang konsisten dan dapat bertahan dalam jangka waktu yang sangat lama atau selamanya tidak berhubungan dengan tingkat kecerdasan, ketrampilan dan pengetahuan keuangan dari pelaku bisnis di pasar saham.

Keberhasilan tersebut lebih banyak ditentukan oleh sikap hati-hati dan tidak tergoda untuk mendapatkan keuntungan yang berlipat ganda dalam waktu yang singkat.

Meskipun ada orang yang memiliki kecerdasan tinggi, lulusan terbaik universitas di Amerika Serikat di bidang keuangan, berpengalaman sebagai banker dan penasihat keuangan di perusahaan kelas dunia selama bertahun-tahun, namun itu semua tidak menjamin dia tidak pernah salah di pasar saham.

Ya, beliau adalah Mas Menteri, Sandiaga Uno, salah satu menteri terkaya di kabinet presiden Jokowi saat ini.

Hampir semua orang mengenal sosok Sandiaga Uno sebagai salah satu investor sukses dan terkaya di Indonesia, namun tidak banyak yang tahu beliau pernah jatuh dan bangkrut di pasar saham.

Sebelum terjadinya krismon di tahun 1997, beliau telah terjun di pasar saham dan pada periode tersebut pasar saham mengalami bullish yang luar biasa, harga-harga saham terus naik disertai dengan optimisme pasar yang tinggi.

Pada saat itulah beliau mempertaruhkan semua kekayaannya di pasar modal, dan semuanya habis saat terjadi krismon karena harga saham terjun bebas, bahkan meninggalkan hutang yang tidak sedikit.

Beruntung beliau bisa bangkit dan menapaki dunia pasar saham dengan lebih berhati-hati, dan berkat dukungan orang-orang terdekat serta jaringan pertemanan yang dimiliki akhirnya beliau mampu menjadi investor sukses sampai saat ini.

Prinsip kehati-hatian dan kesabaran sudah tidak bisa ditawar lagi, wajib dimiliki oleh pebisnis saham yang ingin sukses yang berkelanjutan di pasar saham.

Namun demikian kita jangan terburu-buru berpuas diri karena merasa sudah bersikap sabar dan hati-hati, ujianlah yang akan membuktikan seberapa kadar kehati-hatian dan kesabaran kita.

Mungkin memang kehati-hatian dan kesabaran tidak ada batasnya. Kesadaran akan hal inilah yang akan membuat kita selalu rendah hati dan terus belajar karena hanya dengan cara inilah kita bisa bertahan di pasar modal yang penuh ketidakpastian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun