Mohon tunggu...
Rudy Subagio
Rudy Subagio Mohon Tunggu... Lainnya - Just ordinary people, photograph and outdoors enthusiast, business and strategy learner..

Hope for the Best...Prepare for the Worst ...and Take what Comes. - anonymous- . . rudy.subagio@gmail.com . . Smada Kediri, m32 ITS, MM48 Unair

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Pentingnya Cash Flow bagi Investor dan Trader Jangka Pendek

22 Mei 2023   23:34 Diperbarui: 23 Mei 2023   11:07 808
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cash flow atau arus kas bagi sebuah perusahaan, institusi maupun bisnis pribadi ibarat aliran darah dalam tubuh kita, tidak boleh sampai habis, kalau sampai habis berakhir pula hidup kita.

Uang kas uang yang kita punyai baik dalam bentuk fisik maupun dana di bank dibutuhkan untuk menjalankan operasional perusahaan atau bisnis sehari-hari. Tanpa itu perusahaan atau bisnis tidak bisa berjalan meskipun memiliki asset yang besar.

Bila perusahaan memiliki arus kas nol atau bahkan negatif maka perusahaan perlu berhutang atau menjual assetnya agar mendapatkan uang untuk menjalankan operasional sehari-hari.

Demikian pula bagi seorang investor atau trader, perencanaan cash flow wajib dilakukan agar bisnis saham dapat terus berjalan dalam kondisi apapun.

Pengaturan cash flow tidak tergantung dari seberapa besar modal atau tipe investor seperti apa yang kita jalani. Baik sebagai trader atau investor, dengan modal yang kecil maupun besar, semuanya membutuhkan perencanaan cash flow yang bagus agar bisnis saham terus berjalan.

Sebagai contoh salah satu investor terbesar di Indonesia, Bapak LKH, dalam perjalanan investasinya di pasar saham pernah harus menjual villa mewah miliknya karena membutuhkan uang untuk membeli saham incarannya.

Kalau seorang investor yang asset-nya sudah triliunan rupiah saja masih butuh cash flow apalagi investor ritel atau investor selot-selot (satu lot satu lot) yang modalnya minim.

Mengapa seorang investor atau trader membutuhkan perencanaan cash flow?

Pertama, untuk menghindari arus kas habis atau mendekati nol atau bahkan arus kas yang negatif, agar transaksi pembelian saham sebagai bagian dari kegiatan operasional harian (jual - beli) dapat terus dilakukan

Kedua, karena di pasar saham tidak ada sebuah kepastian, semua serba tidak pasti. Yang dapat diukur atau diprediksi hanyalah seberapa besar peluang sebuah saham akan naik, stagnan atau turun.

Seorang investor jangka panjang biasanya memilih saham yang fundamentalnya bagus tetapi harganya sedang berada di titik paling rendah atau paling murah.

Namun sebenarnya mereka tidak akan pernah tahu kapan harga sebuah saham yang bagus sedang berada titik terendahnya sehingga mereka dapat membeli sebanyak mungkin yang mereka mampu.

Karena mereka tidak tahu dan tidak dapat memperkirakan kapan sebuah saham unggulan tiba-tiba harganya jatuh karena satu dan lain hal, maka memiliki cash flow yang positif sangat penting agar mereka dapat menangkap peluang yang mungkin terjadi di masa depan.

Bila ada sebuah saham yang bagus dan harganya sedang murah-murahnya, maka yang paling dibutuhkan adalah uang kas atau uang tunai sebanyak mungkin untuk menangkap peluang tersebut.

Tidak ada aturan pasti mengenai berapa persen dari modal kita yang berbentuk saham atau uang kas karena semua itu tergantung dari tingkat keyakinan terhadap saham yang sudah kita pilih atau beli. Bagi seorang investor umumnya perbandingannya sekitar 70:30, 70% saham dan 30% dana kas.

Seyakin apapun kita terhadap hasil analisis saham yang telah kita lakukan, tetap saja kita harus menyiapkan ruang bila terjadi kesalahan atau perubahan situasi ekonomi.

Tidak ada hal yang pasti di dunia saham atau di masa depan, semuanya menyangkut probabilitas atau peluang. Bila peluang sebuah kejadian akan terjadi di masa depan adalah 99% maka artinya masih ada 1% kemungkinan hal tersebut tidak terjadi.

Angka 1% atau bahkan 0,001% pun dapat mengubah secara drastis semua harapan, keyakinan, dan impian kita mengenai sesuatu yang sudah kita yakini akan terjadi.

Bila aturan 70:30 berlaku secara umum untuk para investor dengan time horizon lebih dari satu tahun, bagaimana dengan para trader yang memiliki time horizon yang lebih pendek bisa beberapa bulan, minggu, hari atau bahkan dalam hitungan jam?

Bagi para trader jangka menengah atau jangka pendek, cash flow management justru harus lebih ketat karena resiko lebih tinggi dalam waktu yang singkat.

Trader harian atau scalper umumnya menganjurkan rasio sebesar 30:70, yaitu 30% dalam bentuk saham yang diperjualbelikan dalam periode beberapa jam atau hari dan 70% berbentuk kas atau deposit.

Demikian pula untuk swing trader atau trader jangka menengah yang menggunakan metode "closing the gap" atau buy on weakness, aturan 30:70 juga berlaku dengan beberapa catatan.

Pada saat seorang swing trader melakukan buy on weakness, belum tentu posisi harga yang dianggap paling rendah (on weakness) tidak akan turun lagi.

Mereka harus menyiapkan ruang untuk terjadinya kesalahan yang tidak terduga namun dengan memitigasi agar kesalahan tersebut tidak menyebabkan kerugian yang lebih besar.

Sebagai contoh bila harga sebuah saham sedang berada di titik terendah pada suatu waktu, kita tidak boleh all out di saham tersebut, karena bisa jadi harga saham akan lebih turun lagi atau naik sesuai perkiraan atau tidak kemana-mana alias sideways.

Strategi yang tepat adalah membeli dengan kekuatan 1/10 atau 1/5, jadi 1/10 dana kita gunakan untuk membeli awal. Bila terjadi penurunan kita bisa beli lebih banyak misalnya 2/10 dan seterusnya, sisanya atau sebagian besar dibelikan pada saat harga benar-benar berbalik arah.

Strategi tersebut bertujuan untuk meminimalkan kerugian bila ternyata prediksi atau analisis kita salah namun sebaliknya bila prediksi kita benar maka keuntungan yang kita dapat juga tidak terlalu besar karena harga beli sudah keburu naik.

Jadi itu gunanya rasio cash yang lebih tinggi bagi para trader jangka menengah dan jangka pendek, agar mereka punya nafas lebih panjang bila harus menghadapi perubahan kondisi ekonomi atau perubahan fundamental perusahaan yang tidak terduga.

Jadi baik investor jangka panjang maupun trader jangka pendek sama-sama membutuhkan pengaturan cash flow yang baik, bedanya hanya pada rasio antara modal yang berbentuk saham dan yang berupa uang kas yang dapat digunakan sewaktu-waktu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun