Mohon tunggu...
Rudy Subagio
Rudy Subagio Mohon Tunggu... Lainnya - Just ordinary people, photograph and outdoors enthusiast, business and strategy learner..

Hope for the Best...Prepare for the Worst ...and Take what Comes. - anonymous- . . rudy.subagio@gmail.com . . Smada Kediri, m32 ITS, MM48 Unair

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Sabar itu Pahit tapi Buahnya Manis

15 Mei 2023   19:22 Diperbarui: 15 Mei 2023   19:50 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam dunia bisnis atau di tempat kerja, ada ungkapan lama yang sering kita dengar dan masih relevan sampai saat ini, bahkan mungkin sampai kapanpun, yaitu: "Kejujuran adalah mata uang yang berlaku dimana-mana".

Mungkin satu dua kali kita bisa mendapatkan keuntungan karena berbuat tidak jujur namun dalam jangka panjang ketidakjujuran pasti akan terungkap. Dan pada saat itu terjadi tamat sudah bisnis atau karir kita.

Selain kejujuran sebenarnya ada hal lain yang dapat membuat karir atau bisnis kita terhambat atau bahkan berhenti untuk selamanya alias tamat, yaitu kesabaran.

Diluar sana banyak contoh orang yang kurang sabar dalam menyikapi perilaku orang lain dan akhirnya berakibat fatal baik itu bagi karirnya, hubungan dengan orang lain atau bahkan kehidupannya menjadi berantakan.

Tidak perlu merujuk pengalaman orang lain mengenai hal ini karena saya sendiri mengalami masalah yang sama dalam perjalanann karir saya selama puluhan tahun bekerja di perusahaan PMA.

Sedikit saya jelaskan mengenai latar belakang perusahaan tempat saya bekerja saat ini, perusahaan ini merupakan perusahaan PMA dibidang manufaktur sehingga di bagian produksi ini ditempatkan beberapa orang ekspatriat sebagai supervisor karena menyangkut confidential dari teknologi yang digunakan.

Perusahaan ini memiliki 2 plant atau pabrik di tempat yang berbeda dan sebuah kantor pusat. Di setiap plant ada beberapa orang ekspatriat sebagai supervisor untuk proses produksi dan dikantor pusat sekitar setengah dari jajaran top management juga merupakan ekspatriat.

Awalnya saya bekerja di bagian produksi sehingga banyak berinteraksi dengan para supervisor dari luar dengan usia yang tidak jauh beda dan sama-sama mempunyai posisi sebagai engineer.

Mereka rata-rata bekerja selama 3-4 tahun untuk kemudian digantikan dengan yang lebih junior, dan banyak diantara mereka setelah senior kembali ke perusahaan ini dan menduduki posisi direktur atau General Manager di jajaran top management.

Selama sekitar 10 tahun lebih di bagian produksi telah tercipta hubungan yang baik dengan para ekspatriat ini sebagai sesama engineer. Bahkan saya sempat menjadi "golden boy" di mata para ekspatriat yang telah senior.

Setelah lebih dari sepuluh tahun di bagian produksi saya berpindah ke bagian pengadaan bahan baku untuk kebutuhan proses produksi sehingga saya masih terus berhubungan dengan para ekspatriat ini dan penggantinya.

Hubungan yang baik ini sedikit banyak berpengaruh ke karir saya di perusahaan ini, jadi selama itu karir saya lancar-lancar saja sampai suatu saat terjadi gesekan dengan mereka karena saya kurang sabar.

Pada suatu hari, salah satu ekspatriat dari jajaran top management, tepatnya sang General Manager (GM) mengadakan rapat dengan saya, berdua saja untuk membahas sebuah program perusahaan.

Sang GM latar belakangnya bukan orang produksi sehingga saya tidak kenal sebelumnya, namun pendahulu beliau saya kenal dekat dan sangat akrab karena latar belakang yang sama-sama orang produksi.

Singkat kata sang GM menanyakan sesuatu dan saya menjawab dan memberi penjelasan yang menurut saya sudah cukup jelas dan rasional. Tapi ternyata dia tetap mempertanyakan jawaban saya seolah dia kurang percaya dengan saya.

Saya ulangi lagi jawaban saya karena mungkin tadi memang jawaban saya kurang jelas atau beliau belum menangkap apa yang saya jelaskan.

Setelah saya jawab untuk kedua kalinya rupanya beliau masih melontarkan pertanyaan yang hampir sama. Pada titik inilah hilang sudah kesabaran saya maka saya menjelaskan sambil membentak beliau dengan bahasa tubuh yang maknanya kira-kira "gini aja masak ga paham-paham sih..".

Beliaupun terkejut dengan reaksi saya dan merasa sangat dipermalukan karena secara jabatan saya jauh dibawah beliau dan secara usia beliau juga jauh lebih senior. Apalagi saya bekerja di perusahaan yang menjunjung tinggi budaya sopan santun dan senioritas.

Seharusnya tamat sudah karir saya di perusahaan ini, paling jelek saya dipaksa mengundurkan diri karena sang GM ini langsung komplain ke atasan saya sampai level paling tinggi dan melaporkan kejadian ini kepada Top Management (President Director dan wakilnya).

Untungnya bukan sangsi terberat yang saya terima, namun akibat peristiwa tersebut nama saya sempat masuk blacklist dalam bursa kenaikan pangkat dan jabatan di internal perusahaan selama beberapa tahun setelahnya.

Kejadian ini menjadi pelajaran yang nyata mengenai arti kesabaran dalam hidup saya. Sewaktu muda saya memang agak arogan dan tidak sabaran bila melihat orang yang lambat dalam mengerjakan atau memahami sesuatu.

Tanpa sadar saya sering komplain ke orang lain atau bawahan dengan mengatakan mereka sebagai si "lambat", "pemula" dan banyak kalimat pedas lainnya, baik dengan nada bercanda maupun sarkas.

Apapun alasannya, ketidaksabaran lebih banyak menyebabkan penyesalan di kemudian hari dan ibarat nasi sudah menjadi bubur penyesalan tiada guna lagi.

Meskipun kerusakan yang ditimbulkan dari ketidaksabaran terkadang masih ada yang bisa diperbaiki, namun itu membutuhkan waktu dan usaha yang luar biasa besarnya. Jauh lebih baik mencegah kerusakan daripada memperbaiknya.

Ada sebuah kata bijak sebagai pengingat agar kita selalu berhati-hati dan sabar: "Membutuhkan 20 tahun untuk membangun sebuah reputasi dan 5 menit untuk menghancurkannya".

Di pasar saham, kesabaran memegang peranan yang sangat sangat penting bagi kesuksesan seorang investor. Tanpa kesabaran tingkat tinggi seorang investor tidak akan bisa mendapatkan keuntungan yang  berlipat atau multibagger.

Tanpa kesabaran seorang investor atau trader akan cenderung beli di saat harganya tinggi dan jual saat harganya turun alias selalu rugi atau hobi cut-loss.

Saking pentingnya kesabaran dalam berbisnis di pasar saham, Waren Buffets seorang investor kelas dunia yang paling kaya dan paling terkenal mengatakan bahwa pasar saham adalah sebuah alat untuk memindahkan uang dari orang yang tidak sabar kepada orang yang sabar.

Lebih lanjut Waren Buffet juga mengatakan: Meskipun seorang investor mempunyai ketrampilan yang hebat di bidang matematika, keuangan dan bisnis, namun jika dia tidak bisa mengendalikan emosinya maka dia tidak akan menjadi investor yang sukses.

Pelajaran yang paling sulit dan paling penting di pasar saham adalah kesabaran. Belajarnya seumur hidup dan ujiannya seringkali datang tiba-tiba, hanya mereka yang lulus ujian kesabaran ini yang akan suskses berbisnis di pasar saham.

Kalimat terakhir di atas sering dilontarkan oleh legenda pasar modal dari Indonesia atau Waren-Buffett-nya Indonesia, Bapak Lo Kheng Hong.

"Sabar itu pahit tapi buahnya manis", ini adalah nasehat dari ibu saya yang selalu terngiang di telinga saya sejak masa kanak-kanak.

Nasehat ini selalu saya ingat dan saya pegang teguh, meskipun dalam perjalanan hidup sejauh ini terkadang saya gagal melakukannya.

Seiring dengan bertambahnya usia dan pengalaman hidup saya mulai dapat bersikap sabar terhadap orang lain. Namun demikian di pasar saham tantangannya berbeda.

Tantangan dan godaan untuk menjadi tidak sabar di pasar saham terjadi setiap waktu karena pertarungan emosi "fear and greed" dalam diri kita. Kita harus belajar mengendalikan diri sepanjang waktu, tidak boleh gagal.

Inilah yang dimaksud dengan proses belajar seumur hidup di pasar saham. Proses pengendalian diri yang harus dilakukan secara konsisten dan dalam kondisi apapun dan ujiannya bisa datang sewaktu-waktu tanpa kita meyadarinya.

Mari kita belajar Sabar, sabar dan sabar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun