Setelah lebih dari sepuluh tahun di bagian produksi saya berpindah ke bagian pengadaan bahan baku untuk kebutuhan proses produksi sehingga saya masih terus berhubungan dengan para ekspatriat ini dan penggantinya.
Hubungan yang baik ini sedikit banyak berpengaruh ke karir saya di perusahaan ini, jadi selama itu karir saya lancar-lancar saja sampai suatu saat terjadi gesekan dengan mereka karena saya kurang sabar.
Pada suatu hari, salah satu ekspatriat dari jajaran top management, tepatnya sang General Manager (GM) mengadakan rapat dengan saya, berdua saja untuk membahas sebuah program perusahaan.
Sang GM latar belakangnya bukan orang produksi sehingga saya tidak kenal sebelumnya, namun pendahulu beliau saya kenal dekat dan sangat akrab karena latar belakang yang sama-sama orang produksi.
Singkat kata sang GM menanyakan sesuatu dan saya menjawab dan memberi penjelasan yang menurut saya sudah cukup jelas dan rasional. Tapi ternyata dia tetap mempertanyakan jawaban saya seolah dia kurang percaya dengan saya.
Saya ulangi lagi jawaban saya karena mungkin tadi memang jawaban saya kurang jelas atau beliau belum menangkap apa yang saya jelaskan.
Setelah saya jawab untuk kedua kalinya rupanya beliau masih melontarkan pertanyaan yang hampir sama. Pada titik inilah hilang sudah kesabaran saya maka saya menjelaskan sambil membentak beliau dengan bahasa tubuh yang maknanya kira-kira "gini aja masak ga paham-paham sih..".
Beliaupun terkejut dengan reaksi saya dan merasa sangat dipermalukan karena secara jabatan saya jauh dibawah beliau dan secara usia beliau juga jauh lebih senior. Apalagi saya bekerja di perusahaan yang menjunjung tinggi budaya sopan santun dan senioritas.
Seharusnya tamat sudah karir saya di perusahaan ini, paling jelek saya dipaksa mengundurkan diri karena sang GM ini langsung komplain ke atasan saya sampai level paling tinggi dan melaporkan kejadian ini kepada Top Management (President Director dan wakilnya).
Untungnya bukan sangsi terberat yang saya terima, namun akibat peristiwa tersebut nama saya sempat masuk blacklist dalam bursa kenaikan pangkat dan jabatan di internal perusahaan selama beberapa tahun setelahnya.
Kejadian ini menjadi pelajaran yang nyata mengenai arti kesabaran dalam hidup saya. Sewaktu muda saya memang agak arogan dan tidak sabaran bila melihat orang yang lambat dalam mengerjakan atau memahami sesuatu.