Mohon tunggu...
Rudy Subagio
Rudy Subagio Mohon Tunggu... Lainnya - Just ordinary people, photograph and outdoors enthusiast, business and strategy learner..

Hope for the Best...Prepare for the Worst ...and Take what Comes. - anonymous- . . rudy.subagio@gmail.com . . Smada Kediri, m32 ITS, MM48 Unair

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Memulai Bisnis Saham di Usia Pensiun, Harus Mulai dari Mana? (Bagian-1)

25 April 2023   15:32 Diperbarui: 26 April 2023   07:08 3743
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Investasi saham| Pixabay/Sergeitokmakov via Kompas.com

Setelah menentukan gaya hidup yang ingin kita jalani setelah pensiun dan menghitung dana pensiun yang kita miliki dan berbagai pertimbangan lainnya, katakanlah kita memutuskan untuk memulai bisnis saham.

Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana atau dari mana kita harus memulainya? Benarkah tidak ada kata terlambat dalam memulai bisnis saham, bahkan di usia senja kita? Apakah kita masih mampu mengikuti permainan ini mengingat pasar saham tidak kenal ampun dan tidak pandang bulu apakan kita pemula atau professional.

Pandangan atau stigma negatif mengenai betapa berbahayanya terjun di pasar modal tanpa persiapan yang memadai memang bukan sekadar isapan jempol belaka.

Secara umum, permainan di pasar saham menganut konsep zero sum game, yang berarti kalau kita untung maka pasti ada orang lain yang buntung. Dan kalau kita tilik lebih dalam, ternyata permainan di pasar saham bukan sebatas zero sum game saja, malahan kenyataannya adalah negative sum game.

Ya, transaksi di pasar saham sebenarnya adalah negative sum game, sebagai contoh kalau kita untung 1 juta rupiah, orang lain mungkin akan rugi lebih dari 1 juta rupiah karena ada komisi yang harus dibayar baik oleh penjual atau pembeli kepada broker.

Namun demikian bukan berarti kita tidak bisa sama-sama untung di pasar saham. Kalau kita membeli saham perusahaan yang bagus dan sedang bertumbuh maka perusahaan akan menghasilkan keuntungan yang berlipat dalam beberapa tahun ke depan.

Sebagai contoh kalau kita membeli saham sebuah perusahaan seharga 1,000 rupiah per lembar, dan ternyata perusahaan tersebut kinerjanya bagus sehingga harga sahamnya naik menjadi 1,500 rupiah per lembar.

Pada saat harga saham naik kita jual saham tersebut, dan ada orang yang bersedia membeli di harga yang sudah cukup tinggi tersebut. Bila ternyata kinerja perusahaan terus naik maka harga sahamnya akan terus naik, katakanlah menjadi 2,000 rupiah per lembar. Dan orang yang membeli diharga 1,500 juga bisa mendapatkan untung.

Jadi masih ada peluang bagi pemain pasar saham untuk mendapatkan keuntungan bersama-sama meskipun secara umum yang banyak kita temui adalah kisah sedih pemain saham yang bangkrut karena terjebak pada permainan negative sum game.

Dalam permainan negative sum game yang untung besar biasanya adalah bandar atau market maker atau pemain besar (big fund) karena mereka punya kemampuan untuk melakukan riset, propaganda untuk mempengaruhi pasar melalui teknologi dan dana yang mereka miliki.

Fenomena Bandarmology di pasar saham, Sumber: investbro.id
Fenomena Bandarmology di pasar saham, Sumber: investbro.id

Dan yang menjadi korban atau pihak yang selalu rugi biasanya adalah pemain kecil atau ritel karena keterbatasan mereka dalam melakukan riset, analisis dan dana yang mereka miliki. Selain itu para pemain kecil atau ritel ini juga rawan terjebak pom-pom atau berita palsu yang sengaja disebar oleh bandar atau market maker.

Itulah gambaran sekilas mengenai dunia pasar saham, setelah mengatahui fakta seperti itu dan kita memutuskan lanjut terjun ke pasar saham, apa yang harus kita lakukan selanjutnya?

Sebelum masuk ke hal teknis, seperti bagaimana memilih broker (perusahaan sekuritas) yang baik, bagaimana cara membuka account, bagaimana cara mengatur portofolio dan lain sebagainya, pertama-tama kita harus memahami konsep dan filosofi bermain di pasar saham.

Terjun ke dalam pasar saham ibarat masuk ke dalam medan perang. Dalam kondisi perang ada ungkapan lama "All is fair in war and love". Untuk memenangkan peperangan kita harus menggunakan strategi dan taktik yang efektif karena lawan kitapun melakukan hal yang sama.

Salah satu konsep atau filosofi strategi perang yang paling mashyur dan cocok digunakan di pasar saham adalah strategi perang Sun Tzu yang mengatakan "Kenali dirimu sendiri dan kenali musuhmu, maka dalam 100 pertempuran kita akan selalu menang"

Jadi sebelum terjun ke dalam medan perang, pertama-tama kita harus mengenal diri kita sendiri. Mengenal diri sendiri artinya kita mengetahui motivasi untuk berbisnis saham, kemampuan keuangan atau modal yang kita miliki dan sifat atau karakter diri kita sendiri.

Setelah kita mengetahui dan memahami secara mendalam kekuatan dan kelemahan diri sendiri, langkah selanjutnya adalah menentukan area atau medan yang kita pilih untuk bermain, dimana peluang kita untuk menang paling tinggi.

Menentukan area permainan kita otomatis akan menentukan tipe investor seperti apa yang akan kita jalani.

Berdasarkan cara bermain di pasar saham secara umum ada dua jenis investor yaitu value investor dan technical investor. Value investor membeli saham berdasarkan nilai sebenarnya atau intrinsic value yang direpresentasikan melalui laporan keuangan dan prospek perusahaan kedepannya.

Sebaliknya technical investor membeli saham berdasarkan pergerakan pasar yang mencerminkan kekuatan supply and demand serta perilaku psikologis para pemain saham. Pergerakan harga saham ini diyakini akan membentuk pola tertentu dan akan terulang di kemudian hari.

Berdasarkan jangka waktu investasi (time horizon), ada 3 tipe investor yaitu jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.

Investor jangka pendek bianya melakukan aksi beli dan jual dalam hitungan hari, jam atau bahkan detik. Dalam melakukan transaksi mereka tidak terlalu peduli dengan kondisi fundamental perusahaan karena hanya pegang sesaat sehingga kadang mereka dikategorikan sebagai "spekulan".

Investor jangka menengah atau disebut sebagai swing trader atau pebisnis saham biasanya membeli dan menyimpan saham dengan jangka waktu kurang dari satu tahun. 

Mereka membeli saham dengan memperhatikan kondisi fundamental perusahaan, momentum atau aksi korporasi perusahaan, trend sebuah produk dan terkadang dikombinasikan dengan analisa teknikal.

Investor jangka panjang adalah investor yang membeli dan menyimpan saham dengan jangka waktu lebih dari satu tahun, biasanya anatara 3 -- 6 tahun atau bahkan lebih dari 10 tahun. Tujuannya adalah memiliki portofolio yang dapat memberikan passive income berupa deviden di masa yang akan datang.

Kita bisa memilih tipe investor seperti apa yang kita inginkan berdasarkan tujuan kita berbisnis saham, modal yang kita miliki, profil risiko yang bisa kita terima dan karakter diri kita.

Bersambung ke Bagian-2: Panduan teknis memulai bisnis saham

Disclaimer

Berdasarkan pendapat pribadi, untuk para pensiunan tipe yang cocok adalah value investor jangka menengah dengan time horizon kurang dari satu tahun karena risikonya terbilang moderat, dan dalam membeli dan menjual saham didasarkan pada analisis fundamental.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun