Meskipun Vivo lebih efisien namun mereka juga butuh laba sehingga harga jual meliputi harga dasar "kulakan" ditambah biaya operasional proses bisnis dan ditambah laba. Sementara Pertamina harga "kulakan" lebih rendah karena 50% dibikin sendiri meskipun biaya operasional proses bisnis lebih tinggi.
Jadi ada alasan yang lebih masuk akal kenapa Vivo bisa menjual Revvo 89 dengan harga lebih rendah dari Pertamina, salah satunya adalah strategi marketing yang memang sudah dipikirkan dengan matang.
Sedikitnya ada dua alasan mengapa ini hanya sebuah strategi marketing yang dijalankan Vivo dengan cantik dengan memanfaatkan situasi yang sedang tidak menentu ditengah isu kenaikan harga BBM oleh Pertamina.
Pertama, BBM yang dijual oleh Vivo yang harganya lebih rendah dari Pertamina hanya Revvo 89, untuk Revvo 92 dan Revvo 95 harganya lebih mahal dari Pertamax dan Pertamax Turbo. Sebagai perbandingan kita ambil harga per tanggal 3 September 2022 pukul 14:30 WIB, seperti tabel dibawah ini.
Kedua harga Revvo 89 sebesar 8.900 rupiah per liter tidak bertahan lama, sehari setelah pengumuman kenaikan harga BBM Pertamina pada tanggal 3 September 2022, besoknya SPBU Vivo sudah kehabisan stok Revvo 89 karena diserbu pembeli.
Pada Tanggal 5 September 2022 SPBU Vivo kembali menjual Revvo 89 namun dengan harga yang sudah naik menjadi 9.900 rupiah per liter dan selang satu hari kemudian harganya naik lagi menjadi 10.900 rupiah per liter atau lebih tinggi dari harga Pertalite dengan RON 90.
Strategi marketing yang dilakukan oleh Vivo terbukti sukses besar memperkenalkan brand Vivo ke ratusan juta penduduk Indonesia. Sebuah strategi cerdik yang memanfaatkan momentum sesaat ditengah kekagetan masyarakat menerima keputusan pemerintah menaikkan harga BBM di siang bolong.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H