Pemerintah akhirnya menetapkan kenaikan harga BBM di saat masyarakat sedikit lengah karena isu yang berhembus sebelumnya menyebutkan BBM akan naik per tanggal 1 September 2022, pukul 00:00. Ternyata isu ini tidak terbukti sehingga masyarakat mulai tidak mempercayai isu yang berkembang saat itu dan di tengah-tengah situasi terebut tiba-tiba pemerintah menetapkan kenaikan harga BBM di siang bolong pada tanggal 3 September 2022, pukul 14:30 WIB.
Sontak keputusan yang mendadak ini membuat masyarakat tidak siap untuk mengantri seperti biasanya, antrian yang biasanya terjadi menjelang detik-detik kenaikan harga BBM. Mungkin ini salah satu strategi pemerintah agar masyarakat tidak mengantri isi BBM sampai mengular dan menghindari SPBU yang nakal dengan mengamankan stok mereka saat itu dengan dalih stok kosong.
Sebetulnya kebiasaan mengantri isi BBM pada detik-detik sebelum kenaikan harga BBM tidak signifikan memberikan penghematan dibanding pengeluaran untuk BBM selama setahun kedepan, namun rasionalitas tampaknya kalah dengan kebiasaan ikut-ikutan.
Kebiasaan ini lebih banyak hanya untuk memuaskan ego pelakunya, mirip dengan kebanggaan orang yang  berhasil menawar harga barang yang paling rendah meskipun itu hanya momen sekali seumur hidup.
Kembali ke pertanyaan awal, mengapa harga BBM di Indonesia lebih tinggi dibanding negara tetangga atau bahkan dari SPBU swasta yang minyaknya 100% dari impor?
Sebagai perbandingan harga BBM non subsidi di Indonesia untuk jenis BBM Pertamax Turbo (RON 98) sebesar 15.900 rupiah, sedangkan jenis BBM yang hampir sama di Malaysia harganya setara 13.318 rupiah per liter untuk RON 97.
Untuk BBM dengan RON 95 di Malaysia harganya jauh lebih murah dibanding di Indonesia yaitu setara 6.983 rupiah per liter padahal harga Pertamax dengan RON 92 sebesar 14.500 rupiah per liter. Perbedaan harga yang sangat besar ini dikarenakan BBM dengan RON 95 termasuk BBM yang disubsidi oleh Pemerintah Malaysia.Â
Untuk BBM bersubsidi memang tidak bisa kita bandingkan antara Malaysia dengan Indonesia karena besaran nilai subsidi yang diberikan tergantung kemampuan finansial masing-masing negara dan juga jumlah penduduk Indonesia lebih dari 8 kali lipat jumlah penduduk Malaysia.
Jadi yang dapat kita bandingkan adalah BBM non-subsidi dan BBM yang dijual oleh SPBU swasta seperti Shell, BP, AKR dan Vivo yang merupakan pemain paling baru. Secara umum tidak ada perbedaan yang signifikan  antara harga BBM di SPBU Pemerintah dan SPBU swasta.
Untuk jenis BBM yang sama Shell, BP, AKR menjual BBM sedikit lebih mahal dibanding SPBU Pertamina. Kecuali Vivo yang menjual BBM RON 89 atau Revvo89 yang harganya lebih murah dibandingkan dengan Pertalite (RON 90) yang merupakan BBM bersubsidi.