Mohon tunggu...
Rudy Subagio
Rudy Subagio Mohon Tunggu... Lainnya - Just ordinary people, photograph and outdoors enthusiast, business and strategy learner..

Hope for the Best...Prepare for the Worst ...and Take what Comes. - anonymous- . . rudy.subagio@gmail.com . . Smada Kediri, m32 ITS, MM48 Unair

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ribut dengan Tetangga yang Agresif, Bagaimana Menyikapinya?

3 April 2022   20:59 Diperbarui: 4 April 2022   12:13 1680
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rupanya selama mereka diluar negeri, rumah tersebut digunakan oleh tetangga baru mereka sebagai tempat bermain anak-anak mereka, tempat jemur baju, parkir kendaraan karena mereka merasa ini rumah kosong.

Ya memang selama ditinggalkan rumah ini sempat kosong beberapa tahun dan pada saat itulah keempat keluarga yang masih bersaudara ini membangun rumah mereka, empat rumah di atas 2 kavling.

Perlu diketahui rumah-rumah di kompleks perumahan ini sistimnya adalah cluster tertutup dengan konsep rumah taman sehingga tidak diperbolehkan membangun pagar rumah oleh manajemen estate, belakangan ini aturan ini banyak yang melanggar dan sekarang banyak rumah yang berpagar tinggi dan tertutup.

Demikian juga dengan keempat rumah baru yang dibangun di atas 2 kavling ini tentu saja juga melanggar konsep rumah taman dari manajemen estate.

Pertama mereka membangun rumah tidak sesuai dengan "design" awal dari pengembang baik dari sisi konsep rumah taman maupun model rumah karena tiap cluster punya design unik sesuai dengan tema yang diusung setiap cluster.

Jadi mereka membangun rumah sesuka-suka mereka seperti bukan di perumahan, satu kavling untuk dua rumah, semua tanah dipenuhi oleh bangunan, teras langsung menghadap jalan dan berpagar, tidak ada estetikanya sama sekali.

Namun rupanya bukan hanya model atau gaya rumah saja yang suka-suka, ternyata kebiasaan mereka juga sesuka-suka mereka, tanpa permisi mereka menggunakan halaman rumah orang lain untuk parkir kendaraan dan nongkrong bahkan ketika pemilik rumah yang sah sudah menempati rumah tersebut.

Dari sinilah bibit konflik mulai muncul. Rumah keluarga cemara yang telah direnovasi dan ditempati tetap mempertahankan konsep rumah taman yang tanpa pagar dan menyisakan halaman depan rumah yang cukup luas.

Rupanya halaman luas yang baru dipercantik setelah renovasi dianggap sebagai fasilitas yang bisa dipakai bersama oleh tetangga yang suka-suka ini. 

Mereka memarkir kendaraan, menjadikannya tempat bermain anak-anak mereka dengan tanpa permisi seolah memang demikian seharusnya.

Tentu saja kelakuan tetangga yang suka-suka ini diingatkan oleh keluarga cemara karena itu rumah mereka dan semestinya orang lain tidak menggunakan halaman rumah mereka dengan seenaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun