Mohon tunggu...
Rudy Subagio
Rudy Subagio Mohon Tunggu... Lainnya - Just ordinary people, photograph and outdoors enthusiast, business and strategy learner..

Hope for the Best...Prepare for the Worst ...and Take what Comes. - anonymous- . . rudy.subagio@gmail.com . . Smada Kediri, m32 ITS, MM48 Unair

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Kurikulum Merdeka dan Upaya Membangun Link and Match Dunia Pendidikan dan Dunia Kerja

21 Februari 2022   21:27 Diperbarui: 22 Februari 2022   10:00 1150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto ilustrasi kegiatan magang dalam program Kampus Merdeka, Sumber: cnbcindonesia.com

Sebanyak 80 persen pekerja bekerja di bidang yang tidak sesuai dengan jurusan atau latar belakang pendidikan yang diambil. Hal itu disampaikan oleh Nadiem Makarim Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbud Ristek) pada 26 Oktober 2021 lalu.

Harus diakui bahwa kondisi dunia kerja saat ini tidak selaras dengan jumlah lulusan di berbagai bidang keilmuan. Hal ini mengakibatkan banyak lulusan yang melamar kerja di luar bidangnya, karena kebutuhan lulusan yang sesuai dengan bidangnya tidak banyak.

Problem di atas sebenarnya merupakan masalah turunan dari persoalan klasik yang lebih mendasar yaitu link and match antara dunia pendidikan dengan dunia kerja yang menjadi "Pekerjaan Rumah" kita semua sejak beberapa dasawarsa yang lalu.

Problem inilah yang rupanya ingin diselesaikan oleh Nadiem Makarim dengan menerapkan Kurikulum Merdeka. Kurikulum Merdeka merupakan rangkaian dari program Nadiem sebelumnya yaitu kebijakan Merdeka Belajar: Kampus Merdeka.

Kebijakan Kampus Merdeka yang diluncurkan di awal tahun 2020, bertujuan untuk menyiapkan lulusan perguruan tinggi sebagai generasi unggul yang kreatif dan inovatif.

Salah satu poin penting dalam kebijakan ini adalah kebebasan atau hak belajar selama 3 semester di luar program studi yang telah dijalani.

Dari 3 Semester yang dimaksud di atas terdiri dari dua semester (atau setara dengan 40 sks) dalam bentuk aktivitas pembelajaran di luar kampus dan satu semester (atau setara dengan 20 sks) untuk mengambil mata kuliah di luar program studi.

Bentuk kegiatan pembelajaran di luar kampus bisa berupa pertukaran pelajar, magang, wirausaha, riset, studi independen, maupun kegiatan mengajar di daerah terpencil. Kegiatan ini satuannya adalah 'jam kegiatan' yang dapat dikonversikan ke SKS.

Tujuan dari program ini adalah untuk mempersiapkan generasi muda dalam menghadapi tantangan dunia kerja, perkembangan teknologi yang pesat, serta perubahan dinamika sosial dan budaya melalui interaksi langsung dengan dunia nyata.

Kegiatan ini juga bertujuan mengasah kompetensi yang dibutuhkan dalam dunia kerja seperti creative thinking, critical thinking, leadership, learning skill dan kemampuan problem solving selama mereka mengenyam pendidikan di perguruan tinggi.

Tahun ini kebijakan Merdeka Belajar diperluas untuk semua jenjang pendidikan, mulai tahun ajaran 2022/2023, Kemendikbud Ristek akan menerapkan Kurikulum Merdeka mulai dari PAUD, SD sampai SMA.

Kurikulum Merdeka ini lebih berfokus kepada materi esensial, pengembangan karakter dan kompetensi murid agar lebih siap dalam menghadapi realitas dan tantangan kehidupan yang akan mereka hadapi nantinya.

Karakteristik utama dari Kurikulum Merdeka adalah:

  • Pembelajaran berbasis projek untuk pengembangan soft skills dan karakter sesuai profil Pelajar Pancasila.
  • Fokus pada materi esensial sehingga ada waktu cukup untuk pembelajaran yang mendalam bagi kompetensi dasar seperti literasi dan numerasi.
  • Fleksibilitas bagi guru untuk melakukan pembelajaran yang terdiferensiasi sesuai dengan kemampuan peserta didik dan melakukan penyesuaian dengan konteks dan muatan lokal.

Salah satu gebrakan baru dalam Kurikulum Merdeka yaitu di sekolah SMA tidak ada lagi penjurusan atau peminatan seperti IPA, IPS, atau Bahasa. Sebagai gantinya siswa bisa bebas memilih mata pelajaran yang diminatinya di dua tahun terakhir saat SMA.

Hal ini sesuai dengan konsep Merdeka Belajar, agar siswa bisa mendalami minat dan bakatnya masing-masing sebaliknya siswa juga tidak bisa dipaksakan mempelajari suatu hal yang tidak disukai.

Perubahan ini pada dasarnya untuk melatih para siswa SMA yang mulai masuk dalam umur dewasa untuk mulai memikirkan dengan serius masa depannya, akan menjadi apa mereka nanti atau apa prioritas hidupnya.

Dengan adanya penjurusan atau peminatan di SMA, ada sebagian dari mereka yang hanya ikut-ikutan tanpa pernah memikirkan dengan serius masa depan yang ingin diraih.

Dengan dihapuskannya penjurusan bisa jadi sebagian besar siswa akan mengalami kebingungan dalam memilih mata pelajaran yang diminatinya di dua tahun terakhir di SMA karena mereka belum mengetahui minat dan potensi diri sebenarnya.

Namun, di sisi lain hal ini memberikan kesempatan bagi mereka untuk memilih mata pelajaran yang mereka anggap paling mereka minati dan kuasai namun dengan tetap memberikan keleluasaan untuk berubah bila ternyata asumsi awal mereka salah.

Foto ilustrasi kegiatan magang dalam program Kampus Merdeka, Sumber: cnbcindonesia.com
Foto ilustrasi kegiatan magang dalam program Kampus Merdeka, Sumber: cnbcindonesia.com

Meskipun tujuan Kurikulum Merdeka ini sangat bagus dan ideal namun dalam penerapannya ada banyak hal yang mungkin menjadi hambatan antara lain:

  • Hambatan psikologis dari siswa itu sendiri. Sebagian besar siswa mungkin masih belum paham dengan kurikulum baru ini, termasuk belum tahu potensi diri, minat dan bakat yang sebenarnya dan tujuan hidup dan masa depannya. Bahkan mungkin ada sebagian dari mereka yang lebih suka nasibnya ditentukan orang lain daripada diberi kebebasan untuk memilih mata pelajaran yang paling sesuai dengan minat dan bakat mereka.
  • Hambatan teknis, meliputi sarana dan prasarana yang berbeda-beda antara satu sekolah dengan lainnya. Sebagai contoh ketersediaan ruang kelas atau laboratorium, sarana praktik, komputer, sambungan wifi dan sebagainya.
  • Kurangnya tenaga pendidik. Dengan kebebasan siswa memilih mata pelajaran yang diminatinya di dua tahun terakhir di SMA kemungkinan akan menyebabkan kurangnya guru yang kompeten pada mata pelajaran tertentu

Dengan berbagai hambatan dan kesulitan di atas, faktor-faktor tersebut dapat memperlambat penerapan kurikulum merdeka di seluruh wilayah Indonesia. Namun kita tidak boleh menyerah, terlepas dari persiapan yang belum sempurna kita harus mulai sekarang atau akan tertunda lebih lama lagi.

Merdeka Belajar merupakan visi besar untuk merevolusi sistim pendidikan di Indonesia sehingga tercipta link and match antara dunia pendidikan dengan dunia kerja secara holistik yang mencakup hard skill dan juga soft skill (seperti etika, karakter / kepribadian).

Masalah link and match antara dunia pendidikan dengan dunia kerja sudah menjadi perhatian pemerintah sejak jaman orde baru. Pada jaman itu ada istilah dunia pendidikan harus menghasilkan lulusan yang "siap pakai".

Sehingga pada masa itu link and match lebih fokus kepada sekolah kejuruan (SMK) seperti STM (Sekolah Teknik Menengah), SMEA (Sekolah Menengah Ekonomi Atas), SPG (Sekolah Pendidikan Guru) dan lainnya yang lulusannya bisa langsung bekerja sesuai bidangnya.

Pada tingkat perguruan tinggi lulusan diploma juga termasuk lulusan yang dianggap memenuhi kriteria sebagai lulusan yang "siap pakai", yang bisa langsung berkontribusi di dunia kerja (link and match).

Namun seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi saat ini lulusan sekolah kejuruan dan diploma ternyata banyak yang tidak "siap pakai", baik karena persaingan yang semakin ketat atau kemajuan teknologi yang sangat pesat.

Selain itu pengertian "siap pakai" yang sebelumnya hanya mengacu pada kompetensi ketrampilan dan pengetahuan teknis saat ini telah meluas termasuk juga kesiapan mental dan kompetensi soft skill seperti creative thinking, critical thinking, leadership, learning skill dan problem solving.

Bidang pekerjaan yang tidak membutuhkan kemampuan teknis yang spesifik seperti administrasi, perkantoran dan operasional dan sebagainya memang bisa diisi dengan lulusan lintas disiplin ilmu, karena yang dibutuhkan utamanya hanya soft skill.

Jadi upaya Kemendikbud Ristek untuk membangun link and match antara dunia pendidikan dengan dunia kerja yang holistik sudah tepat dan harus dimulai dari sekarang dan tidak bisa menunggu lagi karena teknologi terus berkembang semakin pesat dari waktu ke waktu.

Upaya ini juga tidak bisa terwujud dalam waktu singkat, menurut Mendikbud Ristek, Nadiem Makarim, diperlukan waktu sekitar 10-15 tahun agar visi Merdeka Belajar ini dapat terwujud secara merata bagi generasi muda Indonesia.

Semoga dengan adanya Kurikulum Merdeka ini akan menguatkan fondasi dalam menciptakan link and match antara dunia pendidikan dan dunia kerja yang saling memberikan manfaat satu sama lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun