Mohon tunggu...
Rudy Subagio
Rudy Subagio Mohon Tunggu... Lainnya - Just ordinary people, photograph and outdoors enthusiast, business and strategy learner..

Hope for the Best...Prepare for the Worst ...and Take what Comes. - anonymous- . . rudy.subagio@gmail.com . . Smada Kediri, m32 ITS, MM48 Unair

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Mobnas Vietnam Melesat, Tantang Tesla di Pasar Global, Bagaimana Kabar Mobnas Indonesia?

24 November 2021   22:18 Diperbarui: 29 November 2021   11:04 1654
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
David Beckham sebagai duta Vinfast di ajang Paris Motor Show 2018, Sumber: Reuters via bisnis.com

Ada yang menarik pada gelaran Los Angeles Auto Show yang diselenggarakan di Los Angeles Convention Center, Amerika Serikat pada tanggal 19-28 November 2021. Gelaran ini merupakan salah satu ajang pameran otomotif terbesar di dunia yang menampilkan lebih dari 1000 jenis kendaraan dari berbagai jenis mulai mobil, truk, SUV, kendaraan listrik dan berbagai jenis kendaraan lainnya dengan teknologi terbaru.

Salah satu hal yang menarik pada ajang pameran otomotif ini adalah kehadiran mobil listrik buatan Vietnam pada pameran tersebut. Bukan hanya hadir di pameran namun mobil listrik buatan Vietnam ini langsung dijual dengan sistim pre-order untuk konsumen di Amerika Serikat.

Produsen mobil asal Vietnam, Vinfast, membuka kesempatan pre order dua model SUV sekaligus yakni VF e35 dan e36 pada pameran otomotif di Los Angeles bulan November ini. Ini sekaligus  menandai masuknya mobil Nasional Vietnam ke pasar Amerika Serikat.

Perusahaan mobil Nasional Vietnam ini menargetkan untuk mengirimkan EV (mobil listrik) pertamanya dari Vietnam mulai Desember tahun ini. Vinfast sendiri memiliki kantor di California dan membidik meresmikan 60 showroom di Amerika Serikat pada tahun depan.

Selain itu, Vinfast berencana melakukan penjualannya secara online. Perusahaan ini juga berencana membangun fasilitas manufaktur di Amerika Serikat dan mereka juga berambisi listing di AS sebagai cara mendanai pertumbuhannya.

Selain AS, Vinfast juga membidik pasar Eropa di tahun depan. Dengan demikian secara terang-terangan mereka menantang dominasi Tesla sebagai pembuat mobil listrik nomer satu di dunia.

Mobil buatan Vietnam ini akan hadir dengan skema leasing baterai yang berarti biaya baterai tidak masuk dalam harga akhir. Vinfast menargetkan penjualan mobil listrik sebesar 15 ribu kendaraan.

Kelahiran Mobil Nasional Vietnam, Vinfast, merupakan proses yang super kilat. Sejak didirikan pada tahun 2017 mereka langsung tancap gas dengan menyiapkan fasilitas produksi di Hai Phong, kota pelabuhan dekat Hanoi, di atas lahan 355 hektare, terdiri dari 5 pabrik terintegrasi yang telah mengadopsi teknologi tercanggih saat ini dan memenuhi syarat Industri 4.0.

Dengan perkiraan investasi mencapai US$1,5 miliar, mereka terus mengembangkan kapasitas produksi untuk mencapai target produksi 500.000 unit per tahun pada 2025. Fasilitas ini dirancang dengan melibatkan vendor kelas dunia seperti FFT, EBZ, serta Hirotec, dan dengan lebih dari 1.200 robot yang diproduksi oleh ABB. Teknologi ini akan membantu VinFast terus meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan kualitas di semua bidang produksi.

Setahun setelah didirikan, Vinfast langsung memulai debutnya dengan ikut pada ajang pameran otomotif terbesar di dunia Paris Motor Show pada bulan Oktober 2018. Pada ajang tersebut mereka memperkenalkan kelahiran mobil prototype, sedan LUX A2.0 dan SUV LUX SA2.0. Tidak tangggung-tanggung Legenda hidup Manchester United (MU) David Beckham saat itu didapuk jadi duta VinFast untuk memperkenalkan mobil baru ini.

David Beckham sebagai duta Vinfast di ajang Paris Motor Show 2018, Sumber: Reuters via bisnis.com
David Beckham sebagai duta Vinfast di ajang Paris Motor Show 2018, Sumber: Reuters via bisnis.com

Sekitar setahun setelah diperkenalkan di ajang Paris Motor Show, akhirnya VinFast berhasil mengirimkan produk mereka kepada para konsumen pada bulan Juni 2019. Kedua mobil ini dibekali mesin BMW, berkapasitas 2.000 cc 4 silinder dan dijual dengan kisaran harga Rp 551 - Rp 670 juta untuk sedan dan Rp 704 - Rp 870 juta untuk SUV.

Pada tahun 2020 Vinfast berhasil menjual sekitar 30 ribu unit kendaraan dan memproyeksikan penjualan lebih dari 45 ribu unit di tahun ini. Mereka juga berencana untuk memulai produksi mobil kendaraan listrik, dengan rencana pengiriman domestik di dalam negeri dilakukan pada Desember 2021.

Mobil listrik inilah yang diperkenalkan pada ajang pameran otomotif di Los Angeles 2021 bulan November ini dan mulai dipasarkan di Amerika Serikat.

Secara keseluruhan proses kelahiran mobil Nasional Vietnam dari awal didirikan sampai mulai berproduksi dan masuk ke segmen mobil listrik hanya butuh waktu 4 tahun, ini adalah proses yang super kilat.

Bahkan lebih cepat dibanding dengan perusahaan mobil dunia seperti Toyota, General Motor, BMW , Mercedez Benz dan lainnya. Apalagi dibanding Mobil Nasional (Mobnas) Indonesia.

Bagaimana dengan Mobnas Indonesia?

Indonesia memulai proyek Mobnas pada tahun 1975-1976 namun usaha awal ini akhirnya kandas karena minimnya persiapan dan masalah teknis.

Kemudian di era 1990-an mulai marak lagi, dan dimotori oleh Menristek saat itu Prof. Dr. BJ Habibie, proyek Mobnas dimulai lagi. Namun sayang tinggal selangkah lagi terwujud, proyek Mobnas ini layu sebelum berkembang dan gagal lagi. Penyebab kegagalan kali ini karena ada persaingan dalam negeri (mucul lebih dari satu proyek Mobnas) dan krisis moneter tahun 1998.

Setelah cukup lama vakum, pada tahun 2013 muncul wacana untuk menghidupkan Mobnas yang berawal kreatifitas murid-murid SMK di kota Solo untuk merakit mobil sendiri. Mobil ini akhirnya dikenal sebagai mobil EsEmKa (SMK).

Ide kreatif yang berawal dari siswa-siswa SMK ini akhirnya diplot sebagai proyek Mobil Nasional Indonesia dengan merek Esemka. Sebenarnya ini agak dipaksakan karena membuat mobil benar-benar dari awal berbeda dengan merakit mobil.

Membuat mobil dari awal tidak cukup hanya dengan kemampuan siswa dan guru setingkat SMK, bahkan jika itu didukung oleh Perguruan Tinggi Teknik terbaik di tanah air seperti ITB dan ITS.

Teknologi telah berkembang pesat, peralatan manufaktur terbaru, robot canggih dan kemajuan teknologi digital tidak mungkin diikuti dari awal, kalau kita belajar sekarang beberapa tahun lagi akan sudah ketinggalan jaman.

Untuk hal ini yang bisa dilakukan adalah membeli "teknologi" dari perusahaan kelas dunia dengan spesialisasi khusus di industri manufaktur otomotif seperti FFT, EBZ, GROB, Thyssenkrupp, AVL, MAG, Eisenmann dan Hirotec.

Perlu diingat bahwa perusahaan mobil, core bisnisnya adalah membuat mobil. Untuk membuat mobil diperlukan mesin-mesin dan peralatan khusus serta robot yang dibuat dan dikembangkan oleh vendor kelas dunia agar produktifitas dan kualitas selalu terjaga.

Jadi untuk membuat perusahaan mobil nasional yang diperlukan adalah komitmen dari Pemerintah, seberapa besar dana yang harus dikucurkan, kebijakan untuk mendukung dan melindungi industri ini baik dari sisi perundang-undangan, fasilitas atau subsidi, perbaikan yang berkesinambungan dan manajemen serta kontrol yang baik.

Di era industry 4.0 ini tidak ada lagi istilah teknologi yang dirahasiakan, semua bisa dibeli, peralatan yang canggih, robot, AI dan lainnya. Kuncinya ada pada manajemen manufaktur yang baik, disiplin dan aturan yang tegas dan yang paling penting adalah menjaga rantai pasokan lokal maupun global. 

Pada sebuah pabrik mobil menjaga rantai pasokan adalah hal yang penting karena sebuah mobil terdiri dari ribuan komponen yang tidak mungkin semuanya dibuat sendiri oleh pabrik mobil. Ada ekosistem industri yang mendukung sebuah pabrik mobil yang mensuplai komponen-komponen yang dibutuhkan yang jumlahnya ratusan pabrik.

Seperti pernah saya bahas dalam tulisan sebelumnya, untuk membuat sebuah mobil di pabrik mobil Toyota, dibutuhkan 2,000-3,000 komponen. Untuk menyediakan komponen sebanyak itu dibutuhkan supplier utama sebanyak 140 perusahaan. Dibawah supplier utama masih ada sub-sub supplier (ring 2 dan ring 3) yang jumlahnya 2-3 kali lipat. Sehingga total ada sekitar 500-an perusahaan yang mendukung pembuatan sebuah mobil.

Saya kurang tahu apakah Vinfast juga telah menyiapkan perusahaan pemasok sebanyak Toyota, mengingat mereka hanya fokus pada pembuatan sasis, bodi dan komponen lainnya, sementara untuk mesin mereka beli dari BMW.

Strategi ini juga diterapkan oleh pabrikan mobil asal China, mereka bekerja sama dengan perusahaan otomotif besar dunia untuk memasok mesin mobilnya. Pertimbangan lain menggunakan mesin mobil dari pabrikan mobil besar dunia adalah untuk memberikan jaminan kualitas dan rasa aman pada konsumen.

Bagaimana dengan strategi Mobnas Indonesia?

Pada era Menristek BJ Habibie yang saat itu memimpin proyek Mobil Nasional "Maleo" di tahun 1990-an kita sudah berada di jalur yang benar. Proyek Mobil Nasional yang diberi nama "Maleo" ini digagas pada tahun 1994, desain final dan purwarupa direncanakan selesai pada tahun 1997 dan diproduksi massal tahun 1998. Mobil ini menggunakan mesin dari pabrik mobil Australia (Orbital) sebagai partner kerjasama dalam proyek ini. Namun sayang proyek ini terhenti karena munculnya proyek mobnas Timor milik Tommy Suharto anak bungsu presiden Suharto pada tahun 1996, dan krisis moneter tahun 1998.

Proyek Mobnas lainnya selain "Maleo" kebanyakan hanya re-branding atau perakitan saja, dimana semua komponen (Completely Knock Down, CKD) di impor dari pabrik mobil luar negeri dan selanjutnya dirakit di dalam negeri dan diberi merek sendiri.

Contohnya Mobnas Timor merupakan re-branding dari mobil Kia Shepia yang aslinya diproduksi oleh Kia Motor (Korea). Bimantara bekerjasama dengan Hyundai Motor (Korea) dengan melaukan re-branding mobil Hyundai Accent.

Begitu pula dengan mobil Esemka yang digadang-gadang sebagai Mobnas Indonesia saat ini. Mobil Esemka merupakan re-branding dari mobil China yang bekerja sama dengan Esemka, yaitu Chery Automobile Co. dan Guandong Foday Automobile Co.

Ini artinya kita sudah mundur dibanding era 1990-awal, jamannya Pak Habibie. Bila pemerintah dan masyarakat Indonesia serius ingin mewujudkan Mobnas Indonesia yang sesungguhnya tentunya tidak akan puas hanya sekedar re-branding. Kita sudah tertinggal jauh dengan negara tetangga Malaysia dan Vietnam, dan mungkin sebentar lagi Thailand.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun