Mohon tunggu...
Rudy Subagio
Rudy Subagio Mohon Tunggu... Lainnya - Just ordinary people, photograph and outdoors enthusiast, business and strategy learner..

Hope for the Best...Prepare for the Worst ...and Take what Comes. - anonymous- . . rudy.subagio@gmail.com . . Smada Kediri, m32 ITS, MM48 Unair

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Benarkah Garuda Sengaja Dibiarkan Pailit dan Tutup?

22 Oktober 2021   23:25 Diperbarui: 23 Oktober 2021   09:25 715
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pramugari Maskapai Penerbangan Garuda Indonesia, sumber: thejakartaposts.com

Menurut Menteri BUMN Erick Thohir, salah satu masalah yang mempengaruhi keuangan Garuda Indonesia adalah terkait lessor. Maskapai ini tercatat bekerja sama dengan 36 lessor. 

Sebagian lessor tersebut diduga terlibat dalam tindakan koruptif dengan manajemen lama. Oleh karena itu, pemetaan diperlukan untuk mengetahui lessor yang bertindak nakal guna dilakukan negosiasi yang tepat.

Saat ini negosiasi dan komunikasi dengan para kreditur masih terus berjalan guna mencapai penyelesaian terbaik dan restrukturisasi yang optimal untuk menyelamatkan Garuda Indonesia dari kebangkrutan.

Dalam proses negosiasi ini wajar bila kedua belah pihak saling melakukan "psywar" untuk mendapatkan posisi tawar yang lebih baik. Para kreditur atau lessor berharap agar pemerintah Indonesia selaku pemegang saham utama mau menyuntikan dana agar Garuda dapat membayar hutang-hutangnya.

Sementara itu Pemerintah juga mengambil sikap yang tegas dan tidak mau didikte oleh para lessor. Biasanya pemerintah memang akan sedikit "jaim" dan berusaha untuk menyelamatkan maskapai flag carrier karena merupakan salah satu ikon kebanggan bangsa Indonesia. Namun pemerintahan Jokowi kali ini kelihatannya tidak tidak terlalu "jaim" dan bersikap lugas dan pragmatis dengan lebih mempertimbangan sisi ekonomi daripada gengsi.

Sikap tegas ini merupakan sinyal agar para lessor tidak mengambil keuntungan ditengah krisis yang dihadapi Garuda. Dengan kondisi pandemi covid-19 saat ini semestinya resiko bukan hanya ditanggung oleh Garuda namun juga para kreditur.

Namun bila kreditur tetap bersikukuh untuk menekan Garuda dan tidak mau ambil bagian menanggung resiko yang ada maka pemerintah juga sudah menyiapkan resiko terburuk yaitu membiarkan Garuda pailit dan tutup, dan menyiapkan maskapai baru sebagai penggantinya.

Namun demikian "psywar" kali ini masih baru masuk babak awal, pertarungan akan semakin memanas karena para kreditur juga tidak mau tinggal diam. Mereka menggugat Garuda bertubi-tubi melalui badan arbitrase Internasional.

Dalam hal ini pemerintah harus sangat serius dalam menyiapkan tim konsultan dan tim lawyer yang tangguh untuk menghadapi gugatan para lessor. Dalam beberapa kasus Garuda sering kalah di pengadilan arbitrase internasional, ini harus menjadi perhatian yang serius bagi pemerintah agar jangan sampai Garuda dijadikan "bancakan" oleh para lessor.

Berdasarkan laporan keuangan PT Garuda Indonesia (persero) Tbk terbaru, per 30 Juni 2021, ekuitas perusahaan tercatas sebesar minus 2.8 miliar USD, membengkak dibanding tri-wulan sebelumnya, per 31 Maret 2021 sebesar minus 2.3 miliar USD, dan per 31 Desember 2020 sebesar minus 1.9 miliar USD. Ini artinya dalam 6 bulan terakhir defisit yang dialami Garuda terus membesar.

Seandainya saat ini Garuda pailit dan ditutup, dan seluruh asset perusahaan dijual tidak akan cukup untuk membayar semua kewajiban perusahaan, masih kurang sekitar 2.8 miliar USD atau sekitar 40 triliun rupiah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun