Salah satu indikator kalau kita memiliki kompetensi tinggi namun kurang dihargai oleh atasan kita saat ini adalah apakah kita "laku" di tempat lain.Â
Tempat lain tidak harus perusahaan lain namun bisa departemen lain, divisi lain dalam satu perusahaan atau mungkin banting setir alih profesi sesuai kompetensi kita.
Sekali lagi menyalahkan keadaan atau menyalahkan atasan tidak ada gunanya dan akan berdampak buruk bagi kita sendiri. Bila kita merasa sebagai "korban", ini akan menyebabkan suasana hati kita akan menjadi kacau karena mengikuti perasaan yang subyektif sehingga kinerja kita juga menurun.Â
Bila kinerja kita menurun maka atasan dengan gampang mengkonfirmasi bahwa kita memang tidak kompeten dan kita akan semakin down lagi begitulah seterusnya seperti lingkaran setan.
Selain itu sebagai "korban" biasanya kita akan baper dan menderita secara batin padahal orang yang menyebabkan kita menderita tenang-tenang saja. Jadi ini seperti "sudah jatuh ketimpa tangga", sakitnya bertubi-tubi.Â
Jadi buat apa kita bereaksi secara negatif, menyalahkan orang lain dan menggunakan perasaan terlalu berlebihan dibanding rasio.Â
Bersikaplah biasa saja, maklumi kalau atasan tidak adil, toxic atau diluar nalar, dia juga manusia biasa. Mungkin dia juga punya masalah sendiri yang tidak kita ketahui.
2. Segera Move-on (Segera bangkit dan up-grade diri)
Setelah melakukan introspeksi diri dan mengevaluasi kinerja kita sendiri secara obyektif dan rasional maka inilah saatnya untuk berbenah.Â
Pertama kita periksa kompetensi kita selama ini, apakah ada pengetahuan atau ketrampilan yang masih kurang dan harus kita tingkatkan dalam menangani pekerjaan kita selama ini.Â
Pengetahuan dan ketrampilan disini bukan hanya hard skill atau technical skill namun juga soft skill seperti ketrampilan berkomunikasi yang baik, interpersonal skill dan lainnya. Mungkin hubungan yang kurang harmonis dengan atasan selama ini karena kurangnya ketrampilan kita dalam berkomunikasi, berdiplomasi dan bernegosiasi dari diri kita. Bila demikian kita harus "mau" belajar dan mempraktekan ketrampilan tersebut terlepas dari asumsi atau kenyataan bahwa memang "chemistry" kita tidak "klik" dengan atasan.