Melihat fenomena Bukalapak diatas, tidak mengherankan bila perusahaan rintisan teknologi berani "bakar uang" dan menanggung kerugian selama bertahun-tahun dengan tujuan membangun valuasi perusahaan, dan valuasi perusahaan inilah nantinya yang akan dihargai di pasar saham, bukan jumlah aset atau laba perusahaan.Â
Berbeda dengan perusahaan konvensional, perusahaan rintisan teknologi memang menjual "harapan di masa datang" dan juga "intengible asset" yang nilainya sulit untuk diukur secara kasat mata. Selain itu secara umum perusahaam rintisan teknologi merupakan perusahaan yang diuntungkan di masa pandemi ini.
Meskipun kelihatannya perusahaan rintisan teknologi sangat menjanjikan dilihat dari lompatan nilai kapitalisasi saham dan relatif tidak terpengaruh dengan krisis di masa pandemi, namun pada masa-masa awal pertumbuhannya mereka menghadapi persaingan yang tidak mudah. Dari ratusan dan mungkin ribuan perusahaan rintisan teknologi di tanah air, yang berhasil masuk ke jajaran perusahaan unicorn bisa dihitung dengan jari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H