Mohon tunggu...
Rudy Hidayat
Rudy Hidayat Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta || 20107030146

Hanya melakukan apa yang disukai selama tidak melanggar aturan dan yang menjadi kewajiban, selebihnya tidak ada.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Desa Tanpa Orang Tua di Thailand

8 Maret 2021   17:48 Diperbarui: 8 Maret 2021   18:25 3609
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Thailand merupakan salah satu negara yang berada di kawasan Asia Tenggara, yang memiliki banyak destinasi wisata yang cukup digemari. Negara yang memiliki banyak suku dan budaya layaknya negara kita ini, menjadikan Thailand sebagai jujukan wisata budaya, sejarah, ataupun wisata alamnya.

Bicara tentang kota-kota di Thailand, pastinya kita sudah sering mendengar kota Bangkok, yang merupakan ibu kota negara Thailand. Bangkok merupakan destinasi wisata yang cukup populer karena keindahannya.

Hal tersebut membuat Thailand banyak menyumbang devisa negara di sektor pariwisatanya. Thailand pun menjadi salah satu negara berkembang yang cukup diakui di Asia Tenggara.

Namun, di balik keindahan yang ditawarkan oleh Thailand, ternyata ada salah satu desa di Thailand yang menjadi sorotan publik. Namanya adalah Desa Ban Mae Kerb. Yang menjadikan desa ini viral dan unik adalah karena Desa ini dianggap sebagai desa tanpa orang tua yang ada di Thailand.

Desa ini menjadi viral setelah seorang youtuber Thailand bernama Pimrypie mengunggah sebuah video charity ke desa tersebut. Dalam Video yang berdurasi  10 menit tersebut memperlihatkan bagaimana kehidupan yang ada di desa tersebut.

Di Thailand setiap hari Sabtu pertama pada bulan Januari, selalu diperingati sebagai Hari Anak, dan dalam rangka memperingati Hari Anak 2021, Pimrypie memutuskan untuk mengadakan charity ke salah satu desa terpencil di Thailand, yang bernama desa Ban Mae Kerb, di Distrik Omkoi. Desa tersebut berjarak sekitar 300 km dari Chiang Mai.

Desa tersebut hanya dihuni oleh 40 orang anak-anak tanpa adanya orang dewasa, yang tentunya bagi kita hal tersebut sangat tidak masuk akal. Tetapi, disana hanya ada dua orang guru voulenteer yang khawatir dengan nasib anak-anak tersebut.

Kabarnya, para orang tua di desa tersebut, mereka pergi ke kota-kota besar untuk mencari kerja, karena memang tidak ada lapangan pekerjaan di desa tersebut, tetapi ternyata tidak ada satupun dari mereka yang kembali untuk menafkahi anak-anaknya.

Efek dari tidak adanya orang tua di desa tersebut, anak-anak tersebut menjadi seperti tidak mempunyai mimpi ataupun tujuan hidup sama sekali. Efek tersebut timbul karena selain tidak adanya orang dewasa disana, ternyata di desa tersebut juga tidak tersedia internet, bahkan tidak tersedianya televisi, yang otomatis tidak adanya akses bagi mereka untuk melihat dunia luar.

Untuk makanan mereka sehari-hari, hanya nasi dicampur gula dan cabai, bahkan makanan terenak yang pernah mereka makan itu adalah tikus. Hal tersebut tentu sangat berdampak buruk bagi kehidupan mereka, bahkan saat mandi pun mereka tetap memakai pakaianya karena sekalian mencuci pakaian mereka.

Dalam sehari-harinya mereka hanya bangun---makan---main---tidur, tanpa belajar---tanpa bekerja, mereka tidak mempunyai uang, atau bahkan konsep uang pun mereka tidak paham. Karena disana tidak ada orang tua yang dapat dijadikan role model. Bahkan anak-anak tersebut bilang bahwa "Kami tidak punya mimpi sama sekali. Kami tidak tau mau jadi apa setelah dewasa nanti."

Karena hal inilah yang membuat Pimrypie berempati untuk menyumbang uang pribadinya ke Desa ini. Kedatangan Pimrypie ke desa tersebut benar-benar menjadi berkah untuk mereka. Mereka diberikan sepatu, tv, lampu senter, dibuatkan panel surya supaya disana terdapat listrik, serta dibuatkan kebun kecil agar mereka mulai bercocok tanam dan mendapatkan makanan yang sehat. Total sumbangan yang diberikan Pimrypie kepada desa tersebut berjumlah sekitar 500.000 Bath.

Video tentang charity yang dilakukan oleh Pimrypie terhadap desa Ban Mae Kerb yang diunggap pada saat perayaan Hari Anak ini, menimbulkan kisruh di Thailand. Masyarakat disana tidak menyangka bahwa di negara mereka terdapat tempat seperti itu.

Mereka ribut tentang kurangnya kesetaraan dan pembangunan di Thailand. Masyarakat Thailand mulai menyalahkan pemerintah akibat hal tersebut. Bahkan mereka mulai membandingkan Pimrypie dengan Raja, bahwa kinerja Pimrypie lebih baik ketimbang pemerintah, karena Raja dapat mengeluarkan 54 juta Bath untuk merenovasi toilet di jet pribadinya, tetapi tidak bisa mengeluarkan hanya 500 ribu Bath untuk rakyatnya sendiri.

Tidak hanya itu, pemerintah malah melakukan blunder kembali, kantor pendidikan setempat malah mengeluarkan surat pengumuman yang isinya ada 3 poin :

  • Guru-guru voulenteer dilarang meminta dana lewat charity.
  • Dilarang mengunggah dan berkomentar tentang kasus tersebut di media sosial.
  • Desa tersebut dilarang menerima bantuan dari orang lain atau dari pihak luar.

Setelah keluarnya surat pengumuman tersebut, pemerintah semakin diserang oleh masyarakat, sampai akhirnya pada hari Senin, 11 Januari 2021 pemerintah mengeluarkan kembali surat yang menyatakan bahwa surat pengumuman sebelumnya itu dibatalkan, karena terdapat miskom dalam hal tersebut.

Akhirnya, pemerintah ikut menyumbangkan sebuah panel surya ke desa Ban Mae Kerb tersebut. Namun, panel surya yang diberikan oleh pemerintah tidak lebih baik dari yang diberikan oleh Pimrypie. Bahkan dalam segi harga, yang dari Pimrypie itu masuk dalam budget yang 500 ribu Bath, sedangkan dari pemerintah masuk ke proyek 45 juta Bath di Distrik Omkoi, Chiangmai.

Melansir dari Bangkok Post, menurut Departemen Taman Nasional, Margasatwa dan Konservasi Tumbuhan, Ban Mae Kerb ini memiliki 177 penduduk etnis Karen dari 41 keluarga. Mereka dianggap sebagai komunitas baru. Data dari Kantor Perencanaan dan Kebijakan Energi menunjukkan desa ini termasuk di antara 8.000 komunitas di Utara yang masih belum memiliki akses listrik.

Rupanya, ada alasan tertentu mengapa Ban Mae Kerb tidak mendapat akses listrik. Hal ini karena Ban Mae Kerb dibangun di atas tanah negara, dan PEA selaku Otoritas Listrik Provinsi tidak pernah menerima permintaan untuk memasang listrik di sana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun