Salah satu kewenangan yang coba ia gunakan ialah pemberiaan dana Bansos tahun 2012 bagi Ormas, LSM, OKP, lembaga dan yayasan yang terindikasi digunakan untuk memenangkan Atut pada Pilkada. Tidak tanggung-tanggung, Atut diduga menggelontorkan dana ratusan milyar untuk menyiram ladang pendukungnya.
Dasar laporan itulah yang kemudian menjadikan Atut sebagai sasaran operasi KPK untuk mengusut kebenaran penyalahgunaan dana Hibah Banten untuk memenangkannya.
Walaupun kemudian dalam perkembangannya Atut masih dijadikan saksi atas dugaan suap kepada Akil Mochtar (Ketua MK, non aktif), aroma penyimpagan Atut terkait dana Hibah memang kian tercium.
Dari sinilah kemudian secara psikologis, Atut diduga memiliki kesadaran untuk melakukan hal tersebut.
Lalu, bagaimana dengan Airin?
Yang menarik dari Airin Rachmi Diany ialah: Dalang yang memainkan Airin sebagai wayang dalam panggung sandiwara Tangsel diduga adalah suaminya sendiri.
Walaupun Airin "Walikota Siang", sang suami, TB Chaeri Wardana alias Wawan, merupakan "Walikota Malam", istilah beberapa media.
Frasa ini mengistilahkan jika Airin hanyalah pemimpin boneka yang diatur oleh Wawan sebagai dalang berbagai proyek di kota yang dipimpin istrinya.
Wawanlah yang turut andil dalam menentukan berbagai posisi dan "jatah proyek" kepada orang-orang yang berjasa memenangkan Airin di Kota Tangerang Selatan.
Secara psikologis, Airin tentu tidak bisa melawan kehendak suaminya sendiri-- sebab, jika benar Wawan sangat mendominasi peranan untuk mengatur kinerja sang istri-- Airin sudah pasti tidak bisa melakukan perlawanan terlebih posisinya sebagai seorang perempuan.
Dalam konteks gender misalnya. Posisi istri ditengah dominasi "laki-laki" terlebih di Indonesia--masih sangat berperan besar khusunya pada ruang publik apalagi pemerintahan. Dapat dipastikan jika nuansa kebatinan Airin sudah lama tersandera kerakusan kuasa dan harta sang suami.