Atut merupakan incumbent yang maju dari Partai Golkar bersama Rano Karno yang sebelumnya menjabat sebagai Wakil Bupati Tangerang. Atut berhasil mengalahkan kandidat lain dan menang pilkada.
Untuk memenangkan pilkada Banten, tentu Atut harus mengeluarkan "cost politik" untuk mempertahankan kursi gubernurnya.
Dari sinilah, Id (Biologis) Atut muncul. Perasaan yang nyaman, enak dan serba mudah sebagai pejabat daerah tentu menjadi dambaan bagi setiap manusia, termasuk Atut.
Aspek lahiriah, sebagaimana kata Freud, pada diri manusia adalah sebuah kenyamanan dan kenikmatan.
Atut tentu sudah merasa nyaman dengan posisinya sebagai gubernur Banten.
Maka dipastikan secara biologis Atut merasakan kenikmatan (ekstase) kekuasaan yang begitu membahagiakan. Aspek lahiriah Atut sudah cukup terpenuhi.
Namun, secara psikologis Atut terancam. Pasalnya, melalui pilkada, kenyamanan Atut diganggu oleh "orang luar" (self defense).
Ketidaknyamanan itu lalu membuat Atut secara naluri kemanusiaan-- masuk ketahap Ego yang dijelaskan Freud, bertindak (terangsang).
Pada tahap inilah Atut bersama-sama dengan "kelompok" termasuk jaringan keluarga-nya yang sudah merasa nyaman dan mapan sekuat tenaga menggunakan segala cara mempertahankan kekuasaan yang dimilikinya.
Secara sadar, mereka berkehendak agar kenyamanan dan segala fasilitas yang diperoleh sebagai pejabat daerah tak boleh hilang atau dirampas dari diri mereka.
Salah satu cara, dari ribuan cara yang dilakukan Atut ialah dengan menggunakan kewenangannya sebagai Gubernur.