Mohon tunggu...
Rudy Ganef
Rudy Ganef Mohon Tunggu... Arsitek - Pengamat Sosial

Lahir dan besar di Surabaya. Saat ini tinggal di tangerang Selatan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Doa Pahit

13 Desember 2020   07:24 Diperbarui: 13 Desember 2020   07:42 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

“Halo.., Heni, ya.?” kubuka percakapan dengan kawan SD-ku lewat panggilan HP.

“Halo..o iya, dengan siapa ini.?" begitu Heni menyahut di sana.

“Fian, Hen.. Fian, temen SD..” dengan harapan dia mengingatnya.

“..oo.. Fian Ganet..? eeehh…gimana kabarnya..?” kaget dan senang Heni mendengar jawabanku.

Lalu kami ngobrol akrab, nostalgia masa-masa SD dulu, kisah-kisah lucu saat SD, cerita kabar kawan-kawan saat ini, si A di kota anu, si B kerja disini, si C nyalon bupati di kota N kemarin tapi gagal, si D bawa taxi, dan banyak lagi.    

Senang rasanya jumpa lagi dengan teman SD walau hanya dengar suara lewat handphone, maklumlah sudah 35 tahun terpisah dan tak pernah ketemu atau kontak lagi.  Terakhir ketemu ya saat ulang tahunnya di kelas 2 SMP, setelah itu hilang sudah.

Heni adalah teman sekelas sejak kelas 5 hingga kelas 6 SD ku,  Ya kuingat, Heni seorang cewek manis yang agak pendiam saat SD dulu. Sempat jadi rebutan sebagai pacar-pacaran ala anak SD kelas 6 oleh sekitar 2-3 cowok saat itu.

Heni anak cewek yang tergolong kalem, bukan tipe periang dan centil banyak omong, bahkan cenderung agak pendiam.  Itu sebabnya sangat menarik bagi cowok-cowok Sanguin dan Kolerik yang banyak ngomong dan banyak gerak.

Dulu pernah sekali dua kali ke rumahnya, ayahnya ,ibunya ,juga adik cowoknya juga cukup manis ala Jawa.

Dua tahun setelah kami lulus SD dan masing-masing sudah kelas 2 SMP, kami ada reuni kecil di rumah Heni.  Sebenarnya bukan reuni sih, tapi lebih tepatnya acara ulang tahun Heni, sehingga perayaan waktu itu,entah dengan alasan apa, hanya khusus teman-teman ex SD kelas 6 Heni yang diundang.

Lama kami terhilang kabar dan kontak diantara teman-teman SD, terlebih saat SMA dan kuliah, masing-masing punya lingkungan dan gaya yang makin jauh berbeda,dan masing-masing sibuk terfokus pada dunia lingkungannya.

Terlebih setelah lulus kuliah, aku pergi jauh merantau ke luar propinsi, bekerja ,dan beberapa tahun kemudian aku ditempatkan keluar pulau yang makin jauh, sehingga ketika ada reuni kecil untuk bertemu dan makan bersama di sebuah restaurant 2 tahun lalu,aku tidak bisa menghadirinya, demikian juga Heni yang tak bisa hadir entah karena apa.

Ya, reuni kecil itu memang benar-benar kecil, hanya ada sekitar 15an orang dan 2 guru yang hadir, aku hanya mendapat kabar cerita melalui handphone .

Setelah reuni kecil itu, aku mulai tersambung dengan beberapa kawan melalui handphone, melalui sms atau kadang saling telepon.

Melalui 2 kawan perempuan aku juga dengar kabar bahwa saat ini Heni mengidap penyakit kanker dengan stadium 3, dan 2 kawan perempuan tersebut beberapa kali mengunjungi Heni di rumahnya.  

Itu sebabnya suatu hari aku juga teringat dan tergerak menelpon Heni untuk menyambung kembali pertemanan yang lama telah terpisah.  Dua kali aku menelponnya, dan pada pembicaraan yang kedua ini…, aku tanya kabarnya lagi..

” lagi apa,Hen..?”.

“hehe.. lagi nonton TV “,sahutnya dengan gembira..

“Udah masak ..?”,kutanya basa-basi lagi.  

“hehe..anak cewekku yang masak,Fian,…aku gak bisa banyak gerak atau banyak kerja..” tetap dengan nada agak gembira untuk menutupi sesuatu.

 “Oo..ya,ya..” aku teringat sakit kanker payudaranya yang sudah stadium 3.

 “ Untung ya kamu punya 2 anak cewek Hen..hehe.., jauh lebih telaten dan pengertian, dibanding anak cowok kayak 2 anakku..hehe..”,aku coba menghiburnya agar bisa mensyukuri yang ada.  

“Ya Fi hehe…,dulu ya gitu.., waktu ibuku sakit kanker payudara, adikku yang cowok itu ya cuek gitu,..hanya sibuk mikir dirinya sendiri”, aku ketawa..  “Ya Cuma aku yang menemani dan merawat ibuku” lanjutnya,  “…makanya saat itu aku berharap  – moga-moga aku dapat anak-anak cewek ya, supaya kalau aku sakit besok disaat tua, ada yang menemani dan merawat seperti ini..” lanjutnya.

Ah, betapa kagetnya aku mendengar kalimat terakhirnya.

“Lho, kamu doanya bgitu,Hen..?” tanpa bisa menutupi rasa kagetku.

“Lho, memang kenapa,Fi..?” tanyanya dengan keheranan..,”memang salah,doa minta anak perempuan..?” lanjutnya.  

Aku terdiam, agak susah menjawab, tapi akhirnya ya terlontar juga tanggapanku..

“ Bukan doa minta anak perempuannya yang salah,Hen,… tapi…kalimat terakhirmu itu lho…..?”…aku tak bisa menyambung kalimat lagi.

Henipun juga diam dalam Tanya keheranan..  

Kami berdua diam,  Heni diam dalam Tanya, dia berpikir atas perkataanku tentu, sedang aku merasa tak enak untuk melanjutkan..

Akhirnya Heni paham…“ooo…aku ngerti…,jadi doa terakhirku itu ya….?” Lanjutnya sambil agak sedih..

“Ya..itulah Hen..” aku menyahut membenarkan..  

“Tapi nggak apa Hen, yang penting tetap kuat lah, syukuri bahwa kamu punya anak-anak cewek yang baik dan ngerti, susah lho punya anak yang ngerti itu..” begitu aku menghiburnya, aku sendiri agak bingung melanjutkan topik pembicaraan ini.

Sebenarnya aku ingin Heni mengubah bawah sadarnya yang telah ia tanamkan bahwa dia akan sakit seperti ibunya dimasa tuanya, dan itu sudah menjadi sebuah kenyataan di usianya yang ke 49, hanya saja, aku takut jika dalam keadaan yang sudah cukup parah ini malah akan membingungkan dan menyinggung perasaannya.

Jadi aku hanya mencoba sedikit menguatkan dia, dan mengajak ngobrol hal-hal lainnya.

Sekitar 2 bulan kemudian aku mendengar kabar dari kawanku, bahwa beberapa hari lalu, Heni sudah berpulang selamanya..   Sedih rasanya..

 Aku hanya mengingatkan diriku kembali, agar hati-hati dalam berharap, hati-hati dalam berdoa, hati-hati dalam meyakini sesuatu..,sebab apapun yang aku yakini, bahkan sekalipun tidak masuk di akal dan logika – itu pasti terjadi..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun