Setelah "tarik ulur" akhirnya pemerintah resmi mengumumkan tarif PPN menjadi 12 persen per 1 Januari 2025.
Pertimbangan antara kebutuhan pemerintah untuk mengisi tambahan kas negara dengan beban semakin berat yang akan ditanggung masyarakat, tok!Â
Akhirnya Menteri Kordinator Bidang Perekonomian mengetuk palu.
Jadi. PPN jadi 12 persen, atau naik 1 persen dari sebelumnya.
Per 1 Januari 2025.
Rakyat harus sabar dan membiasakan diri dengan kondisi yang baru yaitu kenaikan barang-barang kebutuhan, sembari menantikan 'keringanan' apa yang akan dibuat pemerintah sebagai gantinya.
Karena dengan tidak tega hati pemerintah membebani masyarakat.
Mengacu kepada barang-barang apa saja yang kena dan tidak kena Pajak Pertambahan Nilai itu, maka produk-produk seperti pakaian, layanan streaming berbayar (Spotify, Netflix), kosmetik, deterjen, sabun, skincare, hingga sepatu masuk dalam daftar barang yang kena PPN 12 persen.
Mari kita simak dampak dari salah satunya produk yang kena PPN tadi, yaitu pakaian yang ini mungkin produk yang krusial bagi kita.
Dilansir dari kompas.com, Irene (20 tahun) mengatakan dia kalau membeli pakaian tidak mementingkan merek tapi bahan dan harga yang sesuai dengan budgetnya.
Ada lagi Angel (20), mahasiswi, dengan kenaikan PPN itu maka dia akan beralih ke thrifting karena selain murah juga kualitasnya bagus.
Kemudian, Pratama (21). Dia akan semakin memprioritaskan merek lokal dampak naiknya harga baju akibat pajak yang anyar.
Kemudian ada lagi Bella (17) yang mengungkapkan dia jika belanja menggunakan sisa uang jajan, karena ya Bella maklum masih seorang pelajar.
Dapat disimpulkan dengan kenaikan baju atau celana akibat pajak yang baru PPN 12%, maka calon pembeli akan beralih ke produk yang lebih murah.
Kata thrifting berasal dari kata thrift yang berarti menghemat atau tidak boros dalam bahasa Inggris.
Umumnya, di Indonesia jika mendengar istilah produk thrifting adalah berkaitan dengan pakaian.
Namun thrifting bisa juga barang-barang layak pakai bekas seperti elektronik, barang antik, hingga perabotan.
Berburu thrifting marak dalam beberapa tahun terakhir terutama di kalangan anak muda.
Selain karena harganya sangat miring dibandingkan baju seperti biasanya, kualitas nya pun sangat bagus.
Dengan harga semangkuk bakso saja (10.000-25.000) maka kita dapat membeli sepotong kaos, t-shirt, atau celana pendek yang bagus.
Bandingkan dengan harga fashion yang bisa sampai 10 kali lipatnya.
Lagi pula apa bedanya dengan pakaian anyar?
Barang-barang impor itu "dibuang" oleh pemilik sebelumnya yang paling-paling baru dipakai sekali saja dengan alasan tidak cocok atau bosan.
Berburu thrifting ini kadang disebut juga dengan hidden gem, atau harta karun.
Oleh karenanya tak heran hidden gem ini sangat menarik semua kalangan.
Manfaat positif lainnya adalah bagi lingkungan untuk mengurangi "limbah" produk yang dengan demikian memperpanjang usia pakai baju.
Jika produk baru itu dibuang, akan dikemanakan? Yang hanya bakal membebani bumi.
Itulah sebabnya gaya hidup thrifting menjadi solusi saat harga-harga naik dan sekaligus mengurangi dampak beban lingkungan dari industri fashion.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H