Mohon tunggu...
Rudy
Rudy Mohon Tunggu... Lainnya - Back to work

Refreshing

Selanjutnya

Tutup

Money

Deflasi Akibat Daya Beli Melemah akan "Inflasi" Lagi, Ini Alasannya

9 Oktober 2024   11:09 Diperbarui: 9 Oktober 2024   11:10 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Daya beli melemah (matranews.id)

Presiden Jokowi mengatakan deflasi maupun inflasi yang tidak normal harus dikendalikan.

Jokowi mengatakan itu menanggapi fenomena deflasi di RI yang terjadi lima bulan beruntun, Mei, Juni, Juli, Agustus, dan September.

Memang ada baik dan buruknya dari dua kejadian ekonomi itu baik deflasi maupun inflasi.

Dengan deflasi maka masyarakat bisa memiliki barang-barang dan jasa lebih banyak dengan sejumlah rupiah.

Deflasi juga cenderung membuat mata uang rupiah menguat terhadap mata uang asing sehingga importir bisa mengimpor barang-barang dari luar negeri dengan lebih murah.

Sedangkan sisi negatif dari deflasi ini pendapatan para pengusaha menurun.

Dengan demikian perusahaan akan mengurangi produksinya dan adanya sejumlah PHK bagi karyawannya.

Karena tidak berproduksi dan terjadi PHK mengakibatkan bertambahnya angka pengangguran.

Selain itu kreditor akan menemui kemacetan dalam menagih utangnya akibat penurunan pendapatan.

Namun saya prediksi fenomena penurunan harga-harga ini tidak sampai berlarut-larut.

Ingat lebaran tahun depan akan jatuh pada 30 dan 31 Maret 2025, sebulan sebelumnya bahkan bulan Ramadhan.

Di atas kertas menjelang bulan suci tersebut harga-harga akan melonjak seperti biasanya.

Dan deflasi tentunya tidak akan terjadi pada masa-masa itu.

Fenomena deflasi lima bulan beruntun itu dinilai banyak pihak diakibatkan melemahnya daya beli masyarakat.

Dimana rakyat menahan uangnya untuk membeli barang atau jasa, atau disimpan di tabungan.

Rakyat sudah sadar dan menghimpun dana untuk kebutuhan masa depan, salah satunya untuk menghadapi bulan suci Ramadhan dan Lebaran 2025.

Di sinilah mereka menahan uangnya, disimpan di tabungan untuk dialokasikan ke kebutuhan yang lebih prioritas.

Memang sih ada perasaan sedih dimana mereka sulit untuk membeli makanan, pakaian, dan barang-barang lainnya.

Tindakan mereka sudah tepat dimana uang mereka ditabungkan atau diinvestasikan di deposito atau Reksadana.

Salah satu cara untuk menguatkan daya beli masyarakat adalah dengan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Dengan pertumbuhan ekonomi maka perusahaan akan bergairah dan mempekerjakan karyawan.

BI (Bank Indonesia) sudah menurunkan suku bunga acuan menjadi sebesar 6 persen untuk mendorong perusahaan lebih banyak meminjam untuk modal usaha.

Semoga presiden terpilih Prabowo Subianto dapat mengatasi masalah ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun