Mohon tunggu...
Rudy
Rudy Mohon Tunggu... Lainnya - Back to work

Refreshing

Selanjutnya

Tutup

Financial

Apa Itu "Loud Budgeting", Tren Berhemat yang Bantu Nabung?

5 Oktober 2024   11:34 Diperbarui: 5 Oktober 2024   11:38 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Loud budgeting (qmfinancial.com)

Ada pepatah yang mengatakan hidup ini selalu tak pernah puas.

Masyarakat dibagi kedalam kelas-kelas, katakan saja kelas atas, menengah, dan bawah.

Upper class yang memiliki kekayaan Rp 10 milyar misalnya mereka belum puas dengan apa yang mereka miliki saat ini.

Sedangkan middle class mereka belum puas karena ingin naik derajatnya ke kelas "bangsawan"

Apalagi kelas bawah, mereka tentu ingin naik ke kelas di atasnya.

Hanya segelintir orang kaya saja sepertinya yang puas bahkan sudah bosan dengan apa yang mereka miliki saat ini.

Pada awal tahun ini muncul istilah loud budgeting di media yang berawal dari TikTok.

Istilah loud budgeting telah ditonton lebih dari 1,6 juta viewer TikTok hingga akhir Januari 2024.

Loud budgeting yang menghinggapi generasi Z.

Tren tersebut berasal dari kata loud yang diterjemahkan kedalam bahasa Inggris artinya keras.

Sedangkan budgeting adalah anggaran.

Anggaran keras.

Budgeting dalam dunia finansial dibagi tiga term. 

Yaitu anggaran jangka pendek (kurang dari setahun), jangka menengah (5-10 tahun), dan jangka panjang (di atas 10 tahun).

Jangan jauh-jauh dulu bagi kelas bawah melihat budgeting jangka menengah dan panjang. Misalnya anggaran untuk membeli rumah, biaya pernikahan, anggaran sekolah anak, dan sebagainya.

Ruwet memikirkannya.

Budgeting untuk jangka pendek saja dan dengan biaya yang minimalis.

Para penasihat keuangan menyarankan agar kita membuat budgeting Idul Fitri setahun sebelumnya.

Hal tersebut dimaksudkan agar ada waktu leluasa bagi kita mengumpulkan sedikit demi sedikit setiap bulan menyisihkan sebagian gaji yang diterima ditabungkan.

Sebut saja budget untuk Ramadhan dan Lebaran itu Rp 10 juta.

Setiap bulannya kita dapat menyisihkan Rp 500 ribu ke tabungan. Dalam setahun nantinya dapat terkumpul Rp 6 juta.

Lepas dari biaya-biaya tak terduga yang mungkin muncul nanti dimana kita harus memperhitungkannya.

Sebisa mungkin.

Jika ada teman-teman kantor misalnya yang mengajak makan bareng di restoran, Anda bisa menolaknya dengan mengatakan tidak punya duit.

Berapa kali mereka mengajak, Anda menolaknya.

Maka uang yang seharusnya keluar itu bisa disimpan di tabungan.

Menikmati kesenangan bisa ditunda saja demi memenuhi budgeting yang sudah direncanakan.

Jika kepincut dengan barang yang ditawarkan di media misalnya maka Anda bisa meredam keinginan untuk memiliki barang itu. Uangnya ditabungkan.

Atau jika teman mengajak traveling jangan malu untuk mengatakan tidak ikut karena tidak punya uang.

Saat Anda tidak bisa menikmati kesenangan-kesenangan demi memenuhi budget yang sudah direncanakan, maka itulah yang dimaksud dengan loud budgeting.

Daripada kesenangan sesaat yang diutamakan terlebih baik memprioritaskan yang lebih bermakna.

Ketua Program Divisi Ekonomi Perilaku dan Psikologi Bisnis di The Chicago School, Elizabeth Schwab, mengatakan memprioritaskan tabungan merupakan ide yang bagus.

Namun Schwab menambahkan kita harus menyeimbangkan antara mengutamakan tabungan dengan aktivitas yang membuat kita bahagia.

Menolak semua ajakan ujung-ujungnya dapat berdampak buruk secara emosional dan sosial. Katanya.

Jangan malu loud budgeting ya gen Z.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun