Aktivitas atau kesibukan membuat hari serasa melesat dengan cepat.
Tak terasa sudah 6 bulan berlalu sejak Idul Fitri 1445 Hijriah tahun 2024 ini.
Itu berarti ada sekitar 6 bulan lagi menuju lebaran tahun depan atau Idul Fitri 1446 hijriah.
Diprediksi lebaran tahun 2025 akan jatuh pada 30 & 31 Maret 2025.
Idul Fitri dan "turunannya" yaitu bulan Ramadhan mempunyai arti tersendiri bagi para financial planner termasuk kita sendiri.
Pengeluaran di sekitar bulan penuh Rahmat itu tentunya bakal lebih besar daripada bulan-bulan secara keseluruhan dalam satu tahun kalender.
Di saat kondisi kelas menengah sedang mengalami penurunan seperti saat ini merencanakan keuangan mempunyai rasa tersendiri.
Bagi saya yang non-muslim pun momen lebaran terasa berbeda dari segi finansial.
Karena pengeluaran di sekitar bulan tersebut bakal lebih banyak. Semisal untuk pulang kampung, berwisata, jajan, dan sebagainya.
Tentunya bagi ummat Muslim, bakal dua kali lipatnya pengeluaran di bulan itu.
Saya kalkulasi bahkan sudah mulai dari 7 bulan menjelang lebaran.
Mau belanja apa, pengeluaran apa.
Dari penghasilan yang ada maka setiap bulannya dari jangka waktu itu didapatkan khusus disisihkan sampai nanti terkumpul pada waktunya.
Terlebih bagi Anda yang Muslim.
Sejumlah pakar keuangan menyarankan agar menyiapkan anggaran untuk lebaran itu setahun sebelumnya.
Jadi sesudah lebaran tahun ini, langsung bikin anggaran untuk lebaran tahun 2025 nanti.
Hidup harus dinikmati.
Lebaran momen yang sangat tepat untuk bersuka ria.
Jika kelas menengah saat ini sedang kelimpungan, namun mereka setidaknya membuat rencana untuk ke depannya.
Apalagi untuk Lebaran.
Dalam finansial, financial planning dibagi kedalam 3 tahap dari jangka waktunya.
Yaitu jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.
Jangka pendek itu setahun.
Jangka menengah 1-5 tahun.
Dan jangka panjang 5 tahun ke atas.
Jadi dengan demikian apa yang disarankan financial planner untuk menyiapkan anggaran lebaran setahun sebelumnya itu masuk dalam jangka pendek.
Anda sendiri dengan "rahasia" yang mengetahui apa-apa saja barang atau jasa yang akan dikeluarkan untuk Ramadhan dan Lebaran itu.
Jangan lupa masukan pos biaya tak terduga.
Para financial planner itu menyebutkan sesudah habis lebaran banyak mereka yang mengeluh karena uangnya habis bahkan harus membayar utang.
Hal tersebut salah satunya disebabkan karena mereka tidak memperhitungkan pos biaya tak terduga.
Biaya tak terduga ini misalnya ada keluarga yang sakit, perawatan mobil yang memerlukan perbaikan di bengkel, kenaikan harga, dan sebagainya.
Mirisnya, seperti yang sudah banyak dibahas, kelas menengah Indonesia mengalami penurunan sejak tahun 2019 paska pandemi Covid-19 yang lalu.
Ditambah lagi pemerintah membuat berbagai kebijakan yang memotong gaji untuk Tapera atau Jaminan Hari Tua (JHT), dan sebagainya.
Selain akibat pandemi Covid-19 ada sejumlah faktor lainnya yang menyebabkan jumlah middle class Indonesia mengalami penurunan bahkan "makan tabungan"
Terlebih berupaya menyiapkan masa depan dari kondisi seperti itu, namun pelemahan daya beli jangan sampai anggaran untuk Lebaran diabaikan saja.
Kapan lagi?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H