"Aduh, bisa engga ya aku hidup tanpa handphone.... Stress nih!"
Susi merasa tertekan dengan "dari itu ke itu saja" dari kecanggihan teknologi handphone.
Dulu sebelum adanya benda yang sekarang disebut gadget atau smartphone orang berkomunikasi dengan orang lainnya lewat telepon rumah yang tidak bisa dibawa kemana-mana.
Lalu ditemukanlah telepon genggam tanpa kabel yang bisa dibawa kemana-mana. Dengannya kita bisa menerima telepon atau pesan SMS.
Dari yang sederhana itu semakin lama teknologi semakin berkembang.
Handphone bukan hanya sekedar telepon dan SMS tapi juga bisa untuk email, memotret, memutar musik, membuat video, menyimpan gambar dan dengan hanya dengan touch screen saja untuk mengendalikannya.
Ditambah juga bisa berkomunikasi dengan orang lainnya lewat media sosial, menulis artikel dan sebagainya sebagaimana yang kita kenal dan rasakan di kekinian.
Namun dengan segala kemudahan tersebut ada efek sampingnya dimana tidak sedikit mereka yang merasa jenuh bahkan stres.
Anak-anak yang kelebihan memainkan gadget juga tidak baik karena ada efek sampingnya seperti apa kata para psikolog.
Handphone yang kini berubah sebutan menjadi smartphone sudah nempel banget bagi sebagian orang.
Mereka kecanduan, kemana-mana gelisah kalaupun tanpa benda yang satu ini, ke toilet pun dibawanya.
Untuk menjawab pertanyaan bisakah hidup tanpa smartphone, maka harus kembali kepada diri kita masing-masing.
Coba Anda berkaca kepada diri sendiri apa yang dilakukan dengan smartphone Anda?
Dengan benda yang satu ini kita berkomunikasi lewat WhatsApp, bermedia sosial, menulis artikel, menelepon.
Sesuatu yang penting jadinya dengan mudah dikomunikasikan dengan orang lain.
Dengan smartphone kita juga bisa praktis bertransaksi apa pun mulai dari perbankan (m-banking), menerima pesanan barang, dan sebagainya.
Dengan m-banking maka kita dapat melakukan transfer, mengisi e-wallet, top up pulsa/data, membayar tagihan internet/PLN, kartu kredit, dan sebagainya.
Lewat smartphone pula seorang pedagang dengan praktis menerima pesanan dan berkomunikasi dengan pembelinya.
Nah coba Anda bayangkan hidup tanpa benda itu apakah bisa?
Benda yang satu ini sudah nempel banget bagi kita. Tak mungkin bisa hidup tanpanya.
Namun ada yang tidak nempel.
Dalam hal ini "orang-orang jalanan" lebih berbahagia daripada Anda.
Gelandangan, pengemis, dan lainnya mereka tidak memerlukan benda yang satu ini.
Boro-boro membeli smartphone, bisa mendapatkan makanan saja mereka sudah sangat senang sekali.
Di saat penggunaan smartphone yang canggih berlebihan berefek samping kejenuhan dan stres, maka ini harus dicarikan upaya jalan keluarnya.
Apalagi jika benda yang satu ini digunakan untuk membuka konten-konten pornografi yang membuat kecanduan dan merusak mental seseorang.Â
Juga anak-anak yang kecanduan nonton game yang tidak baik bagi perkembangan mentalnya.
Di lain saat benda yang satu ini harus diakui memudahkan hidup dan menguntungkan.
Bisa berkomunikasi dengan orang lain, menerima pesanan, menulis artikel, melakukan transaksi perbankan, dan sebagainya.
Mereka yang stres dan mereka yang diberi kemudahan oleh benda yang satu ini memiliki kesamaan yaitu nempel banget dengan smartphone.
Oleh karenanya disini yang diperlukan adalah kewaspadaan dan kontrol.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H