Mohon tunggu...
Rudy
Rudy Mohon Tunggu... Lainnya - Don't cry
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Move on

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Miris, Saat Kelas Bawah Paling Sengsara Akibat "Makan Tabungan"

12 Agustus 2024   11:11 Diperbarui: 12 Agustus 2024   11:38 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi makan tabungan (infobandungkota.com)

"Makan tabungan" 

Saat saya memasang channel di CNBC TV beberapa waktu yang lalu, disinilah pertama kalinya saya mulai mengenal istilah "makan tabungan"

Di situ diuraikan simpanan masyarakat di Bank merosot tajam.

Lepas dari akurat atau tidaknya data hasil survei tersebut, namun saya yakin ada benarnya juga fakta yang menyedihkan ini.

Data Survei Konsumen dan BI terhadap jumlah simpanan masyarakat Indonesia.

Betapa tidak, rakyat kelas bawah dan menengah Indonesia tentunya sudah faham jika lembaga keuangan atau Bank merupakan tempat kepercayaan mereka untuk menyimpan uang mereka.

Daripada menyimpan di bawah kasur atau celengan sangat ribet dan berisiko dimakan rayap, kecurian dan menjadi lusuh.

Untuk melindungi rakyatnya dalam hal ini pemerintah membuat peraturan pendirian Bank guna salah satunya menyimpan uang rakyat.

Selain aman, menyimpan uang di Bank juga mendapatkan bunga dalam jumlah saldo tertentu.

Bila dibutuhkan nasabah tinggal mengambil uangnya dengan ATM atau ke kantor Bank langsung.

Menabung juga sebagai antisipasi meningkatkan uangnya untuk dipakai di saat momen krusial seperti untuk biaya lebaran, ingin membeli barang tertentu, biaya sekolah anak, dan sebagainya.

Namun sayang, seperti apa yang diberitakan bahwa jumlah tabungan kelas bawah Indonesia di Bank merosot tajam akhir-akhir ini.

Rakyat menggunakan tabungan mereka untuk biaya kebutuhan sehari-hari. Kemampuan mereka untuk menyisihkan sebagian pendapatannya menurun.

Disinilah makna dari makan tabungan tersebut.

Speed mengambil tabungan mereka lebih banyak daripada menyisihkan gaji untuk ditabung. 

Mereka menjadi lemah finansial.

Ada beberapa faktor penyebab makan tabungan ini.

Salah satunya inflasi.

Harga-harga barang atau jasa naik kendati gaji masyarakat tetap bahkan menurun.

Seperti apa yang dikatakan oleh Mohammad Faisal, Direktur CORE (Center of Reform on Economic) masyarakat kelas bawah yang paling terdampak makan tabungan akibat kenaikan harga bahan-bahan pokok seperti beras.

Fenomena berkurangnya simpanan masyarakat ini mulai terindikasi pada saat pandemi Covid-19 yang lalu dimana masyarakat kehilangan pekerjaan atau dipecat.

Setelah pandemi berlalu, masyarakat mendapatkan pekerjaan kembali namun pendapatan atau gaji mereka masih kecil.

Di sisi lain ketika pandemi berlalu maka perekenomian bergairah lagi yang berdampak kepada naiknya pengeluaran masyarakat.

Saat gaji kecil tidak sebanding dengan kenaikan barang maka disinilah muncul fenomena makan tabungan.

Asumsi kelas bawah yang paling terdampak terlihat jika rencana mereka menyimpan uang di Bank boro-boro untuk persiapan pernikahan, biaya kesehatan, atau sekolah anak.

Paling-paling mereka ingin membeli barang yang sudah lama diinginkannya dari tabungan mereka.

Atau paling jauh mereka mempersiapkan uang setahun untuk biaya lebaran nanti.

Lain dengan kelas menengah apalagi kelas atas.

Tentunya mereka masih bisa lebih banyak tidak makan tabungan dan lebih sedikit terpengaruh gejolak kenaikan harga.

Jadi benar adanya apa yang dikatakan para ahli keuangan atau ekonom bahwa yang paling menderita fenomena makan tabungan ini adalah kelas bawah.

Boro-boro menyiapkan buat biaya pernikahan atau pendidikan anak, kelas bawah menarik uangnya hanya sekedar untuk jajan saja.

Fenomena makan tabungan ini menurut pandangan Ninasapati Triaswati, Ekonom Universitas Indonesia, masih akan tetap terjadi sepanjang sisa tahun 2024 ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun