Senada dengan CNBC, media asing lainnya Al Jazeera selain menyoroti manfaat KCJB dan munculnya masalah utang yang membengkak, Al Jazeera juga melaporkan sejumlah pro-kontra masyarakat Indonesia seputar proyek  itu.
Al Jazeera memuat hasil wawancara dengan Direktur Eksekutif WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia), Meiki Paendong, yang mengatakan kereta itu hanya akan digunakan masyarakat kelas menengah ke atas lantaran tiketnya yang mahal.
"Penggunanya hanya kelas menengah ke atas. Masyarakat dibawahnya akan kesulitan atau berpikir dua kali untuk menggunakan transportasi itu. Menurut laporan tiketnya berkisar Rp 300.000. Bagi masyarakat umum, itu terlalu mahal," ujar Paendong kepada Al Jazeera.
Tapi Al Jazeera juga mengadakan wawancara dengan lainnya yaitu seorang dosen UNPAD (Universitas Padjadjaran) Bandung, Ahmad Zakie, yang mengatakan kemungkinan dirinya bakal memakai layanan itu kalau lagi bepergian ke Jakarta dan mau menuju ke kawasan Halim atau Jakarta Selatan di lokasi kereta itu berhenti.
"Keuntungan terpenting adalah waktu tempuh yang singkat dan kita bisa merasakan transportasi baru seperti di negara maju. Ini yang menjadi pertimbangan utama, mengingat destinasi kita adalah kawasan di sekitar Halim," katanya kepada Al Jazeera.
Bagi penulis, adanya kereta cepat pertama di Asia Tenggara itu merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Indonesia dimana itu menunjukkan Indonesia juga sedang berjalan ke arah masyarakat yang modern seperti Jepang, Korea Selatan, Amerika Serikat, dan sebagainya.
Seperti mimpi rasanya, jarak antara Jakarta-Bandung dapat ditempuh hanya dalam tempo kurang dari 40 menit!
Orang yang bekerja di Jakarta misalnya, dari domisilinya di Bandung dia ngopi dan sarapan pagi hari, naik KCJB 60 menit kemudian dia sudah sampai di kantornya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H