Ketika mencapai performa baiknya, Freitas sempat tak percaya dia bisa main ciamik dan menjadi pemain kunci PSIS Semarang.
"Saya sempat terkejut, bahagia, dan bersyukur dapat berkarier di Liga Indonesia dan saya bangga bisa mewakili Timor-Leste untuk pertama kalinya," katanya.
Ketika sebelum berlayar ke Indonesia, Freitas mengakui sudah mengenal Liga Indonesia lewat layar kaca di negaranya, termasuk PSIS Semarang.
"Siaran TV Indonesia memang bisa ditangkap di Timor-Leste," katanya.
Oleh karenanya Gali Freitas dan banyak warga Timor-Leste lainnya cukup fasih berbahasa Indonesia karena sering menyaksikan siaran TV Indonesia.
Selain sepakbola, juga berita, musik, dan sinetron. Bahkan mereka konon lebih menyukai sinetron berbahasa Indonesia ketimbang Portugis.
Kiprah impresifnya tak terlepas dari dukungan penuh yang diberikan semua pihak. Dari internal PSIS maupun suporter Mahesa Jenar.
Bahkan dalam beberapa momen muncul sekelompok suporter yang membawa bendera bertuliskan "Keluarga Besar Gali Freitas".
"Bagi saya PSIS adalah klub yang luar biasa dalam membangun karakter pemain dan mempunyai ikatan tim yang bagus," ujar Freitas.
Sejauh ini para pemain Timor-Leste hanya main untuk liga-liga seperti Brunei Darussalam, Kamboja, atau Macao.
Mereka adalah Joao Pedro, Elias Mesquita, Georgino Mendoca, John Frith, Zenivio Morientes, dan Mouzinho de Lima.