Â
Hari itu mendung mengurung. Rabu yang kelabu menyejukkan tekadmu. Sebuah untaian kata yang bahkan bila ditimbang beratnya melebihi dunia dan segala isinya. Kau ikrarkan tanpa ada paksaan. Tapi karena cinta. Cinta yang mengenalkanmu. Cinta yang membuka hatimu. Cinta yang membawa damai di hidupmu. Dan cinta yang akan selalu menghiasi langkah-langkahmu.
Â
Kau yakin, bahwa jalan tak selamanya mulus dan aman. Akan ada jalanan yang terjal dan mendaki yang harus kau lalui di hadapan. Tapi, tekad telah membaja. Tak akan luruh oleh cacian dan makian. Kau tetap berjalan. Bergandeng tangan. Saling menguatkan. Saling mengingatkan. Melintasi waktu. Membangun peradaban. Memberikan harapan. Membawa kebahagiaan.
Â
Sebagai orang yang terpilih kau harus kuat. Sebab menjaga keimanan itu terkadang lebih berat. Ibarat menggenggam bara api. Jika dilepas kau akan terhempas, dan jika tetap digenggam kau yang akan legam. Begitulah.
"Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang menyekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan." (Q.S. Ali Imran:186)
Â
Di saat banyak yang menggadaikan keimanannya, menukar dengan kenikmatan dunia, tapi kau lebih memilih untuk menjalani kehidupan yang berseberangan dengan apa yang selama ini dijalani. Baik dalam lingkup keluarga, di tempat kerja, ataupun dalam masyarakat yang telah mengenalmu sejak dulu kala.
Â
Banyak yang hengkang dari pendiriannya karena suatu iming-iming. Jabatan, wanita, pria, Â atau sekadar makanan yang diberikan karena kemiskinannya. Sehingga dengan hadirnya mereka, seolah datang malaikat penolong, yang siap memberikan bantuan tatkala mereka kelaparan.