Mohon tunggu...
Rudolf W
Rudolf W Mohon Tunggu... Seniman - Robot pekerja.

Hobi olahraga.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kursi Tiban, Joker Banting, dan Adu Jago

24 Agustus 2024   09:52 Diperbarui: 24 Agustus 2024   09:55 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KITA sering dengar mitos tentang masjid tiban, sumur tiban. Sesuatu yang muncul begitu saja, padahal tadi malam belum ada.

Semula belum ada masjid, lalu ada masjid dengan arsitektur bagus. Bangunan fisik yang membuat orang semakin membenarkan, kalau itu masjid yang turun dari langit.

Apalagi kalau dikaitkan dengan legenda (cerita terjadinya suatu tempat) dan folklore (cerita rakyat), pembenaran semakin kuat. Kita tidak bisa percaya, ada seribu jin yang membangun kompleks candi, membuat perahu raksasa yang ditendang, lalu berubah menjadi gunung. Atau sebatang lidi yang dicabut, memancarkan air yang menenggelamkan suatu perkampungan.

Sayangnya, itu tidak masuk akal. Setelah diusut lebih lanjut, ternyata ada rencana, kerja tim, dan pembangunan bersama. Sekarang zaman orang mempertanyakan informasi.

Ketika musim Pilkada seperti sekarang, orang menanti rekomendasi dari pusat. Belum banyak bergerak, kalau rekomendasi belum beres. Kursi kali sekian ratus juta. Kursi kali sekian miliar. Itu urusan lobi orang-orang partai.

Yang pasti, tidak ada "kursi tiban". Kursi yang tiba-tiba jatuh dari pusat dan diberikan kepada seseorang. Pertimbangan profil, popularitas, dan ketersediaan uang, membentuk rekomendasi. Maka terjadilah kursi. Tanpa ketiga faktor itu, tidak ada kursi.

Selebihnya, kerja bersama. Ketika ada syarat lain, seperti: ideologi dan visi, kemampuan kepemimpinan, elektabilitas, koneksi dan jaringan, dukungan dari basis dan konstituen, keahlian dan kompetensi, komitmen dan loyalitas, kemampuan komunikasi, integritas dan reputasi, serta kemampuan menggalang dana, semua itu kerja tim.

Kekuatan bisa berasal dari langit, tetapi yang mengerjakan tetaplah tangan manusia. Doa memang tidak bisa nyasar, tetapi perantara tetaplah berbentuk manusia. Sehebat apapun dukungan pusat, kalau berada di circle yang tidak tetap, energi bisa sia-sia.

Jadi, lebih baik percaya diri, bahwa kita lebih mengerti rumah kita sendiri, kota kita sendiri, dibandingkan orang-orang pusat. Mereka yang di Jakarta, boleh saja konflik, bicara atas nama partai dan kepentingan mereka, tetapi yang lebih mengerti lokalitas dan masalah di sini bukanlah orang-orang Jakarta.

Kursi tiban dari pusat tidak ada. Suatu kursi calon wali kota, misalnya, terbentuk dari banyak faktor pengkondisian. Rekomendasi hanya salah satunya.

Kebijakan terpusat, mengandalkan "laporan" dan "bisikan". Politik pasewakan agung, yang membicarakan apa yang terjadi di daerah, sering dapat kesimpulan yang tidak sesuai dengan kebutuhan di daerah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun