Mohon tunggu...
Rudolf W
Rudolf W Mohon Tunggu... Seniman - Robot pekerja.

Hobi olahraga.

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Hey Jude, Maju Pilkada Tak Hanya Butuh Modal "Dekengan Pusat"

20 Agustus 2024   15:27 Diperbarui: 21 Agustus 2024   08:57 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Baliho Dico M Ganinduto yang terpasang di pinggir jalan di Kota Semarang./dok. pri

Dua nama tokoh asli Semarang ini sebenarnya memiliki kans yang sama-sama kuat untuk bersaing sebagai calon wali kota di Pilwakot Semarang, memiliki modal popularitas, elektabilitas baik, dan kepuasan masyarakat sangat tinggi. 

Mereka berdua, Mbak Ita dari PDIP dan Yoyok Sukawi dari Demokrat, juga merupakan tokoh-tokoh yang memiliki bassis massa yang kuat di Kota Semarang.  

Di saat kasus Mbak Ita ini muncul, sekonyong-konyong datang Dico M Ganinduto, sang Bupati Kendal yang semula hendak maju di Pilgub Jateng, kemudian berniat menjadi calon wali Kota Semarang. 

Dico, selama ini dikenal sebagai politisi muda, anak petinggi partai besar di Indonesia. Dia memiliki jaringan yang cukup baik di elite politik tingkat pusat, baik di partai politik maupun di pemerintahan.

Dico mulai bermanuver dalam stretegi merebut simpatik masyarakat. Balihonya ada di mana-mana, dengan wajah tersenyum yang misterius. Dico memang terlihat agresif dalam skema ini, dan kemudian Partai Golkar dan PSI mendeklarasikan akan mengusung dia di Pilwakot Semarang. 

Kedatangan Dico ini memang agak mengejutkan, dan mengubah peta politik karena beberapa partai yang sebenarnya sudah hampir sepakat koalisi, kemudian mengubah arah. Apalagi konon, Dico ini memiliki dekengan pusat yang kuat.

Namun menurut saya, untuk maju sebagai calon wali kota, apalagi di Kota Semarang yang tingkat pendidikan dan pemahaman politik masyarakatnya cukup baik, tidak cukup hanya mengandalkan dukungan dari pusat. Calon harus memiliki kombinasi modal elektabilitas, popularitas, kapasitas, dan modal kapital yang besar, serta tidak boleh mengabaikan harapan dan suara masyarakat.

Dukungan pusat dari partai politik sering kali dianggap sebagai faktor kunci dalam memenangkan pilkada. Memang, memiliki jaringan yang kuat di tingkat pusat dapat memberikan keuntungan tersendiri, seperti akses terhadap sumber daya, dana, dan dukungan logistik. 

Namun, dalam praktiknya, dukungan tersebut tidaklah cukup jika calon tidak memiliki dasar yang kuat di masyarakat. Modal elektabilitas dan popularitas yang tinggi merupakan syarat mutlak untuk bisa bersaing dengan calon lain, terutama di wilayah yang memiliki basis suara yang solid seperti Semarang. Tokoh-tokoh yang sudah dikenal "ngopeni massa" lebih lama, tentu memiliki peluang lebih besar memenangkan kontestasi politik ini.

Berdasarkan survei yang dilakukan menjelang pilkada, kita dapat melihat bahwa pemilih semakin cerdas dan kritis dalam menentukan pilihan. Mereka tidak hanya mempertimbangkan identitas partai, tetapi juga sosok calon dan rekam jejaknya.

Selain elektabilitas dan popularitas, modal kapital juga menjadi faktor penting yang tidak bisa diabaikan. Dalam dunia politik, dana sering kali diperlukan untuk kampanye, promosi, dan kegiatan-kegiatan yang mendukung pencalonan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun