Mohon tunggu...
Rudolf W
Rudolf W Mohon Tunggu... Seniman - Robot pekerja.

Hobi olahraga.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Dekenganmu Pusat, Dekenganku Rakyat

13 Agustus 2024   12:51 Diperbarui: 13 Agustus 2024   12:58 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

VOX POPULI, vox dei, adalah ungkapan dalam bahasa Latin yang dapat diterjemahkan sebagai "suara rakyat adalah suara Tuhan". Artinya, suara rakyat harus dihargai sebagai penyampai kehendak Ilahi.

Namun apakah ungkapan tersebut masih relevan ketika dibicarakan di Indonesia saat ini, ketika quotes lain baru-baru ini muncul: "Dekengan Pusat".

Entahlah, saya tak berani melanjutkan pembahasan tersebut, karena saya masih ingin menikmati es teh jumbo less sugar harga Rp 3.000 yang baru saya beli siang ini di tengah panasnya cuaca di Kota Semarang.

Ya, akhir-akhir ini di Kota Semarang memang sedang mengalami fenomena, saat malam hari udara terasa sangat dingin dan siangnya panas. Mungkin efek dari cuaca ini juga mempengaruhi suhu politik di Kota Semarang jelang Pilkada Serentak 2024 juga ikut panas.

Apalagi dengan banyaknya poster dan baliho di pohon-pohon pinggir jalan, dengan tampang anak muda bernama Dico M Ganinduto yang sebelumnya menjabat Bupati Kendal, dan saat ini bermaksud maju di Pilwakot Semarang 2024 dengan mencalonkan diri sebagai calon wali kota. Dico ini, konon memiliki "dekengan pusat" yang cukup kuat. Selain berteman dengan para petinggi partai di Indonesia, dia juga anak dari petinggi Partai Golkar, Dito Ganinduto.

Dico, yang merupakan suami dari Chaca Frederica tersebut, saat mengikuti Pemilihan Bupati Kendal pada tahun 2020, banyak memanfaatkan akses yang ia miliki di tingkat pusat, khususnya melalui dukungan Partai Golkar dan partai pengusung lainnya. Namun, menjelang Pilwakot Semarang 2024, tantangan yang dihadapi Dico menjadi jauh lebih kompleks.

Dalam pemilihan Bupati Kendal, Dico diuntungkan oleh koneksi politik yang kuat di tingkat pusat. Dukungan dari Partai Golkar memberinya keuntungan signifikan dalam hal sumber daya, strategi kampanye, dan jaringan pengaruh yang luas.

Namun, situasi politik yang dihadapi Dico saat ini berbeda ketika ia bersiap untuk mencalonkan diri dalam Pilwakot Semarang 2024. Ia akan berhadapan dengan pesaing-pesaing yang juga memiliki jaringan kuat dan basis suara yang solid di masyarakat.

Yoyok Sukawi dari Partai Demokrat, Agustina Wilujeng, dan Hevearita Gunaryanti Rahayu dari PDIP adalah beberapa kandidat yang memiliki koneksi erat dengan partai masing-masing dan pengaruh yang cukup besar di masyarakat Semarang. Yoyok, dengan pengalamannya sebagai anggota DPR RI dan pendekatan yang dekat dengan masyarakat, Agustina Wilujeng juga memiliki pengalaman di DPR RI dan tokoh aktivis Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), serta Mbak Ita, sapaan akrab Hevearita Gunaryanti Rahayu (Wali Kota Semarang) yang memiliki dukungan yang kuat dari PDIP, menjadi tantangan serius bagi Dico.

Kekuatan Dico hanya terletak pada aksesnya di tingkat pusat dan (informasinya-red) modal kapital yang besar. Namun, Kota Semarang memiliki karakteristik yang berbeda dibandingkan dengan Kendal. 

Masyarakat Kota Semarang cenderung lebih realistis dan kritis, terutama karena tingkat pendidikan yang lebih tinggi di wilayah ini. Hal ini membuat mereka lebih peka terhadap isu-isu politik dan lebih memilih pemimpin berdasarkan kapabilitas dan visi yang jelas, bukan sekadar koneksi atau latar belakang keluarga.

Jika Dico hanya mengandalkan dukungan pusat tanpa membangun hubungan yang kuat dengan masyarakat lokal, peluangnya untuk berhasil dalam Pilwakot Semarang akan semakin sulit. 

Apalagi dari beberapa hasil survei nama Dico belum banyak mendapatkan respons dari masyarakat Kota Semarang. Bahkan terbaru, namanya sempat viral karena dinilai banyak kalangan telah "merendahkan" Kota Semarang lewat statmennya di media massa.

Perjalanan politik Dico M Ganinduto di Bupati Kendal memang memberikan pelajaran penting tentang pentingnya koneksi dan akses dalam politik. Namun, dalam menghadapi Pilwakot Semarang, Dico perlu menyadari bahwa keberhasilan tidak hanya bergantung pada jaringan atau dekengan di pusat, tetapi juga pada kemampuan untuk menjalin hubungan yang kuat dengan rakyat. Termasuk sopan santun dalam berkomunikasi.

"Dekenganmu Pusat, Dekenganku Rakyat" bukan hanya sekadar slogan, tetapi juga sebuah panggilan untuk memahami bahwa kekuatan politik sejati berasal dari hubungan yang tulus dengan masyarakat.

Saran saya, pulanglah Nak, selesaikan urusanmu dulu tentang masalah pembangunan Pasar Weleri Kendal, kasus tukar-guling (ruislag) di Desa Botomulyo, Kecamatan Cepiring, dan tentang rakyat Kendal yang ingin perubahan.

Semarang, 13 Agustus 2024.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun