Mohon tunggu...
Rudi Suteja
Rudi Suteja Mohon Tunggu... -

NKRI Harga Mati

Selanjutnya

Tutup

Politik

Di Balik Tetesan Air Mata Ahok, SBY dan Agus Terbahak-bahak

15 Desember 2016   16:52 Diperbarui: 15 Desember 2016   17:26 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ahok, dari dulu, memang mengalami banyak penolakan. Sejak diangkat jadi gubernur, ada sekelompok Ormas yang secara terang-terangan ingin menjatuhkannya, bahkan sempat membuat Gubernur tandingan. Tokoh-tokoh yang kemarin mengepalai aksi berjilid-jilid itu, tak bisa dipungkiri mempunyai kedekatan dengan SBY atau Agus. Kita pasti pernah melihat keakraban Agus dengan Si Habib. Kita tak perlu sangsi, bahwa salah satu tokoh pernah menjadi Wantimpres SBY ketika masih menjabat Presiden. Majelis Dzikir milik SBY pun tak bisa mengelak ketika banyak fakta yang menyebutkan bahwa Majelis Dzikirnya ikut rerembukan sebelum Fatwa MUI dikeluarkan. SBY sangat pintar memainkan isu-isu sensitif, hingga memaksa Megawati mengakui kehebatan mantan menterinya, dua kali berturut-turut.

Benar saja, SBY dan Agus sedang tertawa di atas penderitaan Ahok. Tertawa karena lawan yang paling ditakutinya, hampir menemukan "ajal" politiknya pada Pilkada DKI Jakarta kali ini. Tertawa karena Ahok menjadi "musuh" nomor 1 umat Islam di Indonesia. Tertawa karena elektabilitasnya semakin merosot, turun tajam.

Bagaimanapun Ahok adalah lawan yang paling ditakuti. Bahkan Agus, tak pernah sekalipun mau untuk melakukan debat secara terbuka bersama-sama dengan calon lain. Karena memang Agus, tak tahu apa-apa, tak punya pengalaman apa-apa dalam konteks kepemimpinan sipil. Ia hanya mujur karena menjadi anak seorang SBY. Lalu dicalonkan untuk Pilkada, dan setelah itu, dan kemungkinan akan berlanjut ke Presiden.

Kita lihat bagaimana tanggapan Agus Harimurti Yudhoyono, yang dengan “kepolosan” dan “kesuciannya” menilai, sebaiknya Ahok tidak mengait-kaitkan kasus dugaan penodaan agama dengan Pilkada. Agus mengajak untuk berpikir jernih da mendudukkan permasalahan secara tepat. Menurutnya, ada atau tidaknya Pilkada, isu dugaan penodaan agama tentu akan menimbulkan reaksi dari berbagai pihak. Padahal, diakui atau tidak, Agus juga pasti tahu, bahwa itu bukan soal penistaan agama semata, tapi juga kental dengan aroma politis yang tak bisa ditutup-tutupi. Ketika Ahok sedang berduka, kita bisa melihat bagaimana ada kebahagian lain yang ditampilkan oleh Agus ketika berkampanye. Ia bhagia sekali.

Dan ternyata, upaya kehausan dan hasrat politik Cikeas mulai menemukan jalan yang lurus. Banyak survey yang mengunggulkannya atas paslon yang lain. Padahal, kita semua tahu tak ada yang dijualnya selain menjanjikan materi yang menggiurkan untuk rakyat Indonesia. Sumbangan ini dan itu. Giliran ditanyakan lebih detail, tak ada penjelesan lebih kecuali jawaban-jawaban normatif yabg masih mengawang. Apa gagasan luar biasa dalam visi-misi yang super tebal (sumber KPU) ketimbang yang lain?

Agus sedang menikmati momentumnya sekarang. Upaya untuk menang lebih mudah, karena satu lawan sudah "tumbang", dengan cara-cara yang agak "kampungan". SBY-pun tak pernah main-main untuk Pilkada kali ini. Bukan saja soal anak, tapi juga soal kepentingan yang lebih besar. Selanjutnya, dan selanjutnya. Ketidak beranian mengadu ide dan gagasan, membuatnya berada pada jalur sesuai arahan. Arahan "atasan", yang sejatinya itu cukup menjelaskan kemampuannya untuk memimpin Jakarta. Menarik kita tunggu, karena Jakarta, akan selalu menemukan jalannya sendiri untuk mencari gubernurnya, bukan gubernur surveynya.

Dibalik tangisnya Ahok, ada SBY dan Agus yang sedang bersenda gurau.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun